Jumat, 20 November 2009

Gadis and The Singing Three

In one town near a beach and crowded with people there is lived an orphan girl.
Her name is Gadis (Indonesian Language with mean a calling for a young girl). Her parents was died since
she was small. Since then, she lived with her aunt. Unfortunately her aunt was very poor
and had a bad temper. She always was being cruel to Gadis.

Gadis is a diligent girl, she always doing her job well. One of her job is getting water
from a well. In beach area, it is no easy to get pure water. The location of the well is very
far from her home. When she was going to get water Gadis always come by to sit
under a big tree with dense leaf. In this time she can rest for a while and hindered from
the hard sun light.

Sometimes, Gadis cried under that tree if she felt alone in this world. She doesn't know
to whom she can tell her sadness. Between her cried she always pray to the God asking
for His protection and guardian. Strangely, each time she cried the tree always spread
out her branch. The leafs wave slowly and make a beautiful sound as seem the tree was
singing. The sound made Gadis happy and amazed. The rhythm of this song
cheer up her sorrow and make her forgetting all her sadness. The song became a
lullaby. The little girl slept under the tree and the big tree lowering its branch so the
sun light could not harm her body. When she slept too long, the tree wake her up by
falling one leaf to her cheek.

Day by the day over, There was big news that the King wanted to make a new royal ship.
Many old tree being cut off, the wood is used to make that new ship. Gadis is worried,
she remember to her big old tree. She wonders is the tree has cut off too.

At the day, after she gets water, she runs to her tree. She found there was a
white cross sign at the tree which mean her lovely tree will be cut too. Gadis was so
sad, she can not say any single word. Her tear has dropped, she hugs the tree tightly.
"My beloved three, perhaps this is the last day we've ever meet. Tomorrow they will cut you
and I will loose you forever. What's making sad that I could not do anything to stop it.
God bye my beloved three", cried her

The tree is lowering its branch, it seems he want to hug that little girl too. The leafs swap her
tear softly and suddenly there was a sound. "Please don't be sad, my child. The royal
ship will not sail without your wish. You must come aboard and together with me we
will sail together ,"

At the morning the big tree was cut. After some month later the ship has done. The King
was very happy and make a big celebration. The biggest party was made for the first
time to celebrate it. However when they want to launch the ship to the water, the ship could
not move. Many people try to push the ship to the water but still the ship could not move.
The King became upset and angry.

The news about the royal ship which could not move came to Gadis ear. She remember to the
last message from her big tree. She tried hard to go to the harbor and finally she
met the King. She asked his permission to sail the ship. The King was not belief because many effort has done to make the ship move but finally
when the ship was still could not move he decided to allow her. Gadis came to the ship, with her
love she swept the steer.
"My tree please help me. Move and sail! All people want to see you sailing to the
ocean". Every people saw and waited what was going happen. The ship moved one inch to one inch and go to the ocean slowly. People who saw it yelling happily. And the man who was very happy was the King himself. He asked , "How could you make this ship sail?" "By the God bless, Your Honest. The ship was made from wood of my friend, the old big tree", answered Gadis politely. Gadis told King all her life. The heart of King was touched, because he did not have a child he

Wake up late

This day Gobi’s behaviour is very strange. He shouts noisily like a mistune trumpet. His feet kick the ground and make unhappy noise. He grasps the sand and throws it to the air. Koli , his elephant neighbour feel worry, He wonders what has going on with Gobi. Everyone knew Gobi as a friendly and cheerful elephant.

"Auw’, shouted Koli when a cup of sand came over his face. Fortunately, the sand didn’t come into his eyes. "Please stop Gobi! Why are you so angry in this early morning?"

"Morning? It has been so late to say morning" Gobi grumbled. "You are acting like Mr. Laju, He has not come yet to bath my body." "Come down, He will come soon", Koli persuaded him. "Look there is many wrinkled on my skin because the hard sunning, Usually I have take a bath in this time!".

"Come down, please don’t angry anymore Mr. Laju will come soon, trust me" said Koli. Not long, There is Mr. Laju comes in hurry. "Oho, ho, ho, I am very sorry Gobi. I woke up late in this morning, I showed wayang golek last night so I slept late. (wayang golek = a kind of traditional puppet, very familiar in West Java Province).

Gobi starred at him, he looks understand that Mr. Laju was trying to persuade him. Mr. Laju understood why Gobi acted strangely. He knew Gobi behaviour because he has take care him since Gobi arrived to that zoo. " Let’s take a bath" said Mr. Laju. Gobi followed him, however, when they came to the pool. Gobi catches around Mr. Laju hip with his trunk and brought him highly. He immersed Mr. Laju to the pool and brought him highly again. "Gleg, gleg" in this time Mr. Laju has to swallow the water pool. "Let me down Gobi" shouted Mr. Laju.

After lose his anger. Gobi free his trunk from Mr. Laju hip. "You are very naughty in this day, Gobi! And look my breathing almost broken, you must not do it again such naughty manned. " said Mr. Laju. He breathed deeply to relief his painful.

Gobi shouted again, but his shout sounds very nice as he want to say" Don’t ever try to get late again Mr. Laju".

Jumat, 26 Juni 2009

pesona muslimah sebagai seorang ibu

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….” Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?” Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Lama kemudian, si anak tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?” Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, “Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi. Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”. Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu jika beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.

Itulah pesona pribadi yang lahir dari seorang Ibu/wanita yang tulus, tak pernah lekang oleh waktu, tak pernah lekang oleh usia, sekalipun usia makin lapuk, jika pesona kepribadian itu sudah melekat dalam dirinya, pesona bathiniyah itu akan terus memancar lewat seraut wajah yang tampak, lewat tindakan, ucapan, tindakan juga perbuatan seorang muslimah.

wallahu’alam

sendal jepit munafik..!!

berucap janji setia lewat lisan tanpa kata
ingin melangkah bersama menyibak hari sarat makna

namun belum jua lama, kau hilang entah ke mana

lelaki tak tahu diri itu telah menjadi kekasih barumu
lalu pergi meninggalkan aku sendiri,
melangkah jinjit menuju rumah dari masjid

catatan yang tak tercatat

Aku adalah sebuah catatan yg tak tercatat dalam buku harian seseorang.
Pada detak jantung mengambang,
dari kediaman punggung bulan
disitu aku memuja ; tujuh warna sunyi, dan satu bidadari.

Aku tak pernah menghitung, bahkan tak ingat.
Seberapa lama aku memuja,
hingga setelahnya keluar, aku menjadi seorang perindu.
Menagih setiap kiasan dr setiap apa yang dijanjikan, karena syarat telah ku tunaikan
dlm bntuk pemujaan selama entah.

Waktu terus berlari.
Dan dunia tetap berjalan seperti biasa. Pun hingga hari akhir datang, aku hanyalah sebuah catatan yg tak tercatat di buku harian seseorang.
Jika sebegitunya, adakah yang kanan dan kiriku tak mencatat laku yang kuperbuat sewaktu nafas masih melekat?

jadikan aku seperti dulu

Archimedes & Newton takkan pernah mengerti
Enstein & Edison takkan sanggup merumuskan E=mc2
Ah, tak sebanding dg momentum cintaku pada-Mu dahulu
Pertama kali cahaya-Mu jatuh tepat di sajadah hitamku
Nyata, tegak, diperbesar dan moment cinta itu semakin kuat

Dengan cinta Kau ciptakan semesta
Kuasanya Engkau, hingga semesta bertasbih untuk penciptanya
ah, bilangan cintaku mengalahkan tetapan Avogadro


Tapi itu dulu...
Kini jarak-Mu denganku bagai matahari dg pluto saat aphelium
Karena kefuturanku,
Kini cahaya-Mu semakin memudar
Namun gerlap keabadian smakin menyapa

Ya Allah, kembalikan Aku seperti dulu
Selalu kurindu hidayah dari-Mu
Jadikan Aku seperti dulu....

aku belum siap tamat

Ah . . . Fana ini
geletaran beda rapat
dan waktu, serta tempat
ingin kubungkus saja dengan semat dan niat

duhai,

tapi aku belum siap tamat.

maafkan aku, ibu...

dalam jejak terpeta
menitipkan senafas dalam hampar tak luas

aku padamu ibu
menata sekeping cita
menuang seteguk harap,
dalam dahaga pinta.
mungkin,ludahmu mengering
telah banyak kau telan menjelma peluh,
terbuang
seikat doa dipelipismu terlukis
nama anakmu setiang langit,
harapmu

setitik antara rimbunan huruf
kadang tak tersusun, menjelma kabut
ibu...
mungkin aku tak setegar angin
bahkan pada sebisik pilu
mampu sungkurkan aku pada tangis berkepanjang

aku padamu ibu
anakmu yang mulai meragu
kepada esok, antara ingin matiku
maafkan aku, ibu...

Selasa, 12 Mei 2009

"Termehek-Mehek", Rekayasa??

Termehek-mehek trans tvReality show saat ini sedang menjamur. Tapi di antara semua tayangan reality show, Terhehek-Mehek adalah salah satu program yang dianggap paling disukai oleh pemirsa. Jam tayangnya yang prime time yaitu 18.15-19.00 WIB hingga back song-nya yang keren dan syahdu, membuat acara ini makin diminati.

Pertama kali nonton Termehek-mehek, apa sih yang ada di benak kamu? Pastinya sih terseret arus cerita yang seringkali mengaduk-aduk perasaan di tengah-tengah acara pencarian orang yang dikasihi. Kamu diajak untuk ikut dag-dig-dug menanti ending cerita, happy or sad ending? Jadinya berat rasanya mata untuk dialihkan ke hal lain selain mantengin monitor TV sampai acara selesai. Ehem..iya apa iya?

Mayoritas dari kita, saya dan kamu pasti yakin dan percaya bahwa acara tersebut adalah nyata dan bener terjadi. Dan masih banyak jutaan pemirsa TV lainnya juga yang ikut menangis dan bahagia sesuai dengan jalan cerita Termehek-mehek. Eh…usut punya usut, ternyata acara Termehek-mehek dan mayoritas reality show lainnya itu adalah rekayasa, bukan murni nyata kejadiannya. Kok bisa sih? Makanya, supaya ngerti, ikutin terus pembahasan ini yah. Lanjuutt!

Ternyata rekayasa

Dalam bahasa Jawa, ada istilah ‘nggak mehek’ yang artinya kurang lebih meremehkan atau menganggap kecil sesuatu. Namun Termehek-mehek yang sekarang lagi booming, mempunyai arti menangis tersedu-sedu. Acara ini muncul sekitar Mei 2008 dan langsung menarik perhatian mayoritas pemirsa TV. Ide acara adalah membantu mencari seseorang yang lama hilang. Jalinan ceritanya begitu mempesona karena dibuat seakan-akan nyata dan terjadi dengan sebenarnya.

Saya yang semula juga tersepona eh…terpesona pada Termehek-mehek, jadi kuciwa juga mengetahui fakta sebenarnya. Helmi Yahya sebagai yang punya ide cerita mengakui bahwa ia memanfaatkan karakter orang Indonesia yang suka diberi mimpi.

Para pemeran di tiap episode sengaja diambil dari masyarakat umum terutama mahasiswa agar terkesan alami karena wajahnya belum pernah nongol di TV sebelumnya. Ada satu kasus ketika seorang mahasiswa langsung diteleponin oleh banyak teman-temannya setelah shooting reality show. Jelas aja nih mahasiswa langsung menjelaskan pada teman-temannya itu bahwa cerita yang diangkat bukanlah kisah pribadinya, tapi rekayasa berdasarkan skenario belaka. Malulah kalau sampai beneran kisah pribadinya jadi konsumsi banyak orang se-Indonesia, begitu katanya.

Sebagian dari kamu bisa jadi nggak terima dengan kenyataan ini. Kok bisa sih? Bukankah jelas-jelas sang target pernah mengusir kameramen acara termasuk host-nya yaitu Panda dan Mandala? Masa’ rekayasa pake acara usir-usiran segala? Bahkan Panda pake acara nangis juga bila kebetulan ending cerita mengharukan atau sedih. Mungkin kamu berpikir na?f seperti itu.

Yupz, kamu emang nggak salah. Namanya aja acting, pastilah ya harus meyakinkan. Bahkan Panda dan Mandala pun dibayar bukan cuma untuk menjadi host, tapi plus acting juga. Bagi mereka yang bekerja di dunia pertelevisian, sedari awal langsung ngeh bahwa acara-acara reality show seperti ini penuh dengan rekayasa. Namanya aja show atau pertunjukkan yang sudah jelas ada unsur menghiburnya dong. Hal ini tidak bisa dihindari karena tuntutan deadline. Ketika tidak ada satu kisah nyata yang bisa diangkat ke layar TV, maka solusinya adalah bikin skenario dan membayar pemain amatiran agar terkesan alami. Nah, awalnya saya pikir sebagian, tapi ternyata most of them alias hampir semua episode adalah rekayasa!

Cara gampang untuk mengenali bahwa ini adalah rekayasa yaitu kamu perhatikan aja kualitas suara yang jernih ketika terjadi percakapan antara host, client dan target. Kalau memang si target benar-benar tidak tahu sebagaimana ekspresi mukanya yang seringkali berakting bingung ketika didatangi host, maka seharusnya kualitas suara mereka tidak sejernih yang kita dengar di TV. Kejernihan suara itu karena memang adanya chip untuk mikrofon yang biasanya dipasang di baju. Nah loh…

Kalo kamu jeli, ada wajah tokoh pada acara termehek-mehek yang juga sedang bermain sinetron meskipun hanya sebagai tokoh figuran. Lagipula, bila acara ini menyajikan kejadian sebenarnya, apa ada orang yang rela aibnya ditampilkan sedemikian rupa di TV? Kan sudah mendapat persetujuan dari semua pihak, mungkin itu kilahmu. Namanya juga dramatisasi Non, pastilah acara ini dihadirkan agar seolah-olah semuanya terlihat real.

Mengapa terjadi?

Yupz…kalo di benakmu sempat terbersit pertanyaan seperti ini, itu tandanya kamu sudah selangkah lebih cerdas. Kok bisa-bisanya reality show yang seharusnya real alias nyata, eh ternyata malah rekayasa. Kondisi ini memang memanfaatkan psikologi orang Indonesia yang cenderung pasif dan konsumtif. Mereka mudah ‘dicekoki’ apa saja terutama yang bertujuan pembodohan secara massal. Hal ini pula yang terjadi pada berbagai macam program TV di Indonesia.

Deadline, biasanya menjadi alasan utama rekayasa tayangan reality show. Jadi kalo nunggu kisah nyata beneran untuk ditayangkan, itu bakal menunggu waktu lama dan belum ada kepastian juga kasusnya bisa selesai atau nggak. Kalo direkayasa dengan skenario layaknya sinetron, maka menjual program ini ke stasiun TV jadi lebih mudah karena semuanya serba mudah dan pasti. Karena mudah dan ditonton banyak pemirsa, maka rating pasti naik. Kalo rating naik, iklan pun bakal rebutan untuk ambil porsi tayang. Nah, loh…UUD juga alias Ujung-Ujungnya Duit.

Berdasarkan data AC Nielsen di akhir tahun 2008, Termehek-mehek merupakan program acara paling populer dengan raihan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Ini adalah yang tertinggi dari semua acara reality show yang ada di stasiun televisi lainnya. Menurut Gusti M Taufik, salah satu Event Coordinator pada sebuah Production House (PH) di Jakarta mengatakan bahwa budget produksi pasti akan membangkak jika shooting menggunakan kejadian real. Belum lagi memburu target pasti akan makan waktu lama. Perhatikan saja pada acara Termehek-mehek, meyoritas pencarian orang bisa dilakukan hanya dalam waktu beberapa hari. Padahal faktanya itu adalah skenario yang bisa diselesaikan hanya dalam waktu hitungan jam saja.

Uang adalah raja diraja manusia saat ini, apalagi untuk program TV. Meskipun sebuah tayangan dikatakan bermutu dan mendidik, namun tanpa uang atau iklan yang menyokong, maka bisa dipastikan program tersebut akan gulung tikar dengan cepat. Begitu sebaliknya, meskipun sebuah tayangan dikategorikan ‘junk program’ alias tidak bermutu, tapi bisa tetep jalan bila didukung kekuatan modal. Inilah pola hidup kapitalisme yang memang sangat mendewakan modal dan pemodal sebagai penguasa zaman.

Tradisi intip-mengintip, mencari celah untuk tahu aib orang, bertengkar dengan kasar di depan umum, berkata-kata jorok sehingga TV perlu menyensor dengan bunyi ‘tiiiittt’, adalah sebagian budaya reality show terutama Termehek-mehek yang berusaha diajarkan pada kita. Sifat dasar manusia yang selalu saja ingin tahu urusan orang dijadikan komoditi, tak ubahnya seperti infotainment. Bedanya, kali ini yang dijadikan objek pengintipan adalah mereka yang bukan selebritis. Tapi intinya sih tetep aja, melakukan hal-hal yang nggak penting dan nggak bermanfaat.

Bagaimana sikap kita?

Mungkin awalnya kita nggak paham tentang realitas reality show. Jadinya kita gampang banget tertipu dan ngefans dengan sebuah program tayangan tertentu. Sampai-sampai kita bela-belain untuk menunda keperluan lain demi nggak mau ketinggalan acara tersebut. Ehem…iya apa iya?

Nah, sekarang kamu jadi ngerti tentang apa dan bagaimananya reality show itu terutama Termehek-mehek yang sekarang ini lagi booming. Terus, apa dong yang kita lakukan sebagai pemuda cerdas plus beriman? Ya…nggak usahlah terlalu serius nonton acara reality show itu. Apalagi tayangan favorit begini biasanya sengaja ditaruh di jam-jam darurat. Perhatikan aja Termehek-mehek ini tayang di waktu Maghrib yang singkat. Kalo kamu udah taraf kecanduan sama acara beginian, bisa dipastikan bakal males mau berangkat sholat. Bila pun melakukan, pasti maunya pingin cepet-cepet selesai alias sholat ala kilat khusus (emangnya surat?).

Padahal itu semua rekayasa loh. Seandainya pun bukan rekayasa, masa iya sih tayangan reality show bisa mengalahkan waktu sholat kamu? Semua ini adalah langkah awal bagi media TV untuk menanamkan racunnya ke dalam benak kaum muslimin terutama pemudanya. Kamu jadi terlena di depan TV dan males untuk sholat secara khusyuk dan tumakninah. Boro-boro baca al-Quran setelah sholat Maghrib, yang ada juga baca al-Fatihah nggak jelas bacaannya karena cepet-cepetan mau nonton Termehek-mehek. Aduh….moga aja kamu bukan type ini ya.

Sabtu sore dan Minggu sore itu biasanya banyak kegiatan di sekitar rumah kamu karena anak-anak sekolah dan kuliah pada santai. Dengan adanya Termehek-mehek ini biasanya kamu-kamu pada males untuk berangkat ngaji atau kegiatan positif lainnya. Pinginnya cuma duduk manis sambil mantengin layer TV nunggu acara reality show kelar.

Nah, mulai sekarang udah nggak musim lagi males ngaji dan ikut pembinaan. Meskipun acara TV kesayangan kamu lagi main, waktunya berangkat menimba ilmu ya berangkat aja. Emang TV bisa menyelamatkan dunia-akhirat kamu? Pasti nggak dong. So, nonton reality show ya wajar-wajar aja kaleee, nggak perlu sampai kecanduan.

Semua ini sandiwara

Bagi yang nggak begitu suka dengan sinetron, biasanya terjebak dengan reality show semacam Termehek-mehek. Padahal program jenis ini setali tiga uang alias sama saja dengan sinteron hanya beda kemasan. Sang produser tahu bener bahwa tidak semua orang bisa ditipu untuk program pembodohan ala tayangan sinetron. Oleh karena itu butuh polesan cerdas untuk tope orang-orang seperti ini dengan tayangan jenis lain. Reality show adalah jawabannya.

Sesungguhnya, semua ini adalah sandiwara. Sandiwaranya para pemodal untuk mengeruk untung sebanyak-banyaknya, tak peduli apakah tayangan itu merusak generasi atau tidak. Yang penting bagi mereka adalah rating tinggi yang berarti iklan banyak, duit pun mengalir menambah penuh pundi-pundi uang mereka. Parahnya lagi, masyarakat kita terlena dengan kebodohan ini. Maka sudah saatnya bagi kamu-kamu yang selangkah lebih cerdas daripada rakyat kebanyakan karena kamu udah membaca gaulislam ini (ehem… kagak nyombong Non!) untuk tidak berdiam diri.

Yuk, kita sebarkan pemahaman ini pada umat. Bukan melulu tentang rekayasa reality show saja tapi juga muatan isinya yang bisa merusak generasi secara perlahan tapi pasti. Ingat, tayangan TV hanya hiburan. Ibarat garam pada masakan, bila kebanyakan maka selain rasanya nggak enak juga pasti menimbulkan berbagai macam penyakit.

Begitu juga dengan tayangan TV, nggak perlu menjadikan TV sebagai menu pokok harian kamu. Sekadarnya saja untuk mengetahui berita terkini terutama tayangan yang bermutu dan bermanfaat. Selebihnya, kita kudu ingat bahwa hidup ini bukanlah main-main. Hidup di dunia juga bukan sandiwara, tapi sungguhan. Kita berbuat salah ya akan mendapat dosa, kalo beramal shalih akan dapat pahala. Hidup kita akan dihisab, akan dimintai pertanggungan jawabnya. Allah Swt. yang akan mengawasi kita semua. Dia tidak bisa ditipu dengan acting kita yang bepura-pura alim atau berpura-pura ikhas. Jadi, beramallah sebaik-baiknya untuk kehidupan sebenarnya di negeri akhirat kelak. Biarkan saja Termehek-mehek dengan acara ‘nggak mehek’nya itu, yang penting kamu nggak lagi sebagai orang na?f yang percaya banget sama reality show. So, ayuk bergerak dan berdakwah untuk perubahan! This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it

Sumber : http://www.gaulislam.com/termehek-mehek-rekayasa

Mengubah dari Dalam atau Meruntuhkan dari Luar

Sebagai elemen kecil dalam atmosfir kehidupan yang sangat luas, kita terpaksa harus hidup dalam tananan atau sistem eksisting yang memayungi kita hidup saat ini. Entah itu sistem pengelolaan di perusahaan, sistem demokrasi di satu Negara, atau sistem moneter dunia, dan sistem-sistem lainnya. Celakanya, sering kali kita merasa tidak nyaman atau tidak cocok dengan sistem yang sudah ada pada saai ini. Harap maklum, kebutuhan dan keinginan manusia adalah moving target yang bergerak liar.

Masalahnya jika kita menginginkan perubahan sistem, lalu bagaimana? Kalau kita menginginkan sistem yang mengakomodasi kepentingan dan keinginan kita, apa yang harus dilakukan? Ya harus melawan dan berusaha melakukan perubahan, sekecil apapun. Secara konseptual caranya sederhada saja. Kalau anda menginginkan perubahan suatu sistem, anda dapat melakukannya dimanapun anda berada. TIdak peduli siapa anda, apa profesi anda, dan dimana anda tinggal! selama anda melakukan upaya memperjuangkan perubahan sistem tersebut secara konsisten serta dengan intensitas yang semakin meningkat, maka Insya Allah perubahan yang anda inginkan akan terwujud. Intinya perubahan dapat dilakukan baik dari dalam maupun dari luar sistem.

Contoh soal, perjuangan pada cendikiawan bumi putera dalam berdiplomasi di luar negeri dan perlawanan para pahlawan kemerdekaan di dalam negeri, telah melahirkan Negara Kesatuan Indonesia. Kegigihan Ramos Horta dari luar negeri dikawinkan dengan perjuangan Xanana Gumao di hutan-hutan timor timur, berhasil memerdekakan Timor Leste.

Mengubah dari dalam dan meruntuhkan dari luar sama efektifnya, kalau itu dilakukan secara kontinyu. Yang penting adalah magnitude nya harus diperbesar sampai pada kekuatan yang mampu menggoyahkan sistem tersebut. Dengan demikian, kalau ingin lebih efektif, maka perubahan sistem harus digempur dari dua arah, digempur dari dalam, dan secara simultan diserang dari luar system juga.

Jadi kalau begitu bagaimana agar perubahan sistem segera terjadi? Anda perlu melakukan 2 strategi yang dijalankan secara simultan dalam sebuah skenario besar yang terintegrasi dan komprehensif, yaitu:

  • Strategi Pertama, tugaskan agen perubahan (change agent) untuk melakukan penyusupan pada sistem yang ingin anda rubah. Misalnya, kalau anda ada dalam lingkup perusahaan, anda perlu menugaskan kawan anda untuk masuk ke dalam jajaran manajemen, penentu kebijakan di perusahaan tersebut. Contoh lain, kalau anda dalam lingkup pemerintahan, maka anda harus menugasi kawan anda untuk masuk ke jajaran legislatif dan eksekutif. Agen perubahan ini selanjutnya harus menjalankan agenda-agenda yang terkait dengan upaya mengubah sistem. Jadi disini anda tidak boleh Golput, harus ikut menentukan siapa change agent anda!
  • Strategi Kedua, tugaskan satuan pemukul di luar sistem yang bertugas untuk melakukan penggempuran terhadap sendi-sendi penguat struktur sistem agar diperloleh pengurangan kekuatan sistem sehingga terjadi System Paralysis (sistem yang tidak berdaya dan tidak berfungsi dengan baik karena unsur unsur pendukungnya melemah). Misalnya, kalau anda dalam lingkup perusahaan, maka disini anda harus melobi kelompok penekan (pressure group) untuk melakukan penyerangan terhadap perusahaan. Kelompok penekan adalah stake holder eksternal yang punya kekuatan untuk memperburuk citra perusahaan sehingga akan menurunkan tingkat kepercayaan konsumen. Contoh dari pressure group adalah asosiasi industry, LSM, DPR, dan Pemerintah, serta publik secara umum. Contoh kasus lain, kalau anda ingin mengubah sistem di suatu Negara, maka anda harus mengambil sikap untuk tidak menggunakan sistem tersebut. Sehingga sistem tidak berjalan dengan sempurna. Disini anda boleh Golput, agar sistem eksisting menjadi tidak pede karena kehilangan legitimasi, serta kehilangan separuh nafasnya. Tidak memilih juga merupakan satu pilihan.

Jadi kalau anda tidak senang dengan satu sistem dan ingin mengubahnya, just do it! Apapun upaya anda silahkan dilakukan, selama itu dilakukan dengan konsisten dan hati yang bersih, Insya Allah kelak akan ada efeknya.

Minggu, 10 Mei 2009

Hidup kita untuk apa??




Kita lahir ke dunia. Tumbuh menjadi besar. Sekolah dari TK, SD, SMP, SMU dan jika beruntung meneruskan kuliah. Lalu bekerja dan menikah. Punya anak. Jika umur panjang, masih bisa lihat cucu, buyut, dan -jika beruntung- canggah. Lalu mati. Itulah gambar kasar dari hidup kita. Lalu hari-hari hidup itu adalah bangun, mandi, makan pagi, bekerja atau sekolah, makan siang, mengisi waktu dengan berbagai aktivitas, mandi lagi, makan malam, dan tidur lagi. Kebanyakan dari kita melakukan hari-harinya seperti itu.

Lalu apa sebenarnya hidup kita ini ? Karl Marx pernah berkata, ” Hidup itu perut kenyang”. Maksudnya hidup itu untuk makan (saja). Sedangkan Sigmund Freud berpendapat hidup itu pemenuhan kebutuhan seksual belaka, lain tidak. Jika kita tanya orang-orang di sekitar kita tentang ‘untuk apa kita hidup ?’ mungkin -dan sangat mungkin- jawaban yang kita peroleh adalah sebanyak orang yang kita tanyai. Maksudnya adalah satu orang menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda dari yang lainnya, sebagaimana pendapat Karl Marx berbeda dengan Sigmund Freud.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat, maka gunakan akal sehat kita ! Yang paling tahu untuk apa kita hidup tentu saja ialah Yang Menghidupkan kita, yaitu Sang Pencipta, Alloh subhaanahu wa ta’ala. Alloh subhaanahu wa ta’ala berfirman, yang artinya: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu..” (QS: Adz-Dzaariyaat: 56).

Sekarang sudah jelas bagi kita, bahwa kita diciptakan dan dihidupkan hanya untuk beribadah kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala saja dan tidak ada tujuan yang lain.

Mungkin timbul pertanyaan: Lalu apakah hidup kita ini hanya untuk sholat saja, ke masjid saja, mengaji saja ? Kemudian tidak mancari nafkah, tidak menikah ? Sebelum bertanya-tanya, lebih dulu harus kita pahami makna ‘ibadah’ itu.

Pengertian Ibadah yang biasa dirujuk oleh ulama adalah pengertian yang dirumuskan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah, yaitu ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Alloh subhaanahu wa ta’ala, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang nampak (lahir) maupun yang tersembunyi (batin). Sebagian ulama menambahkan dengan: disertai oleh ketundukan yang paling tinggi dan rasa kecintaan yang paling tinggi kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala.

Ibadah itu banyak macamnya dan terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala), raja’ (mengaharap rahmat Alloh subhaanahu wa ta’ala), mahabbah (cinta kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala), tawakkal adalah ibadah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan membaca Al-Qur’an, tasbih, tahlil, takbir, tahmid adalah ibadah lisan dan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji, berbakti pada orang tua, membantu orang kesulitan adalah ibadah badan dan hati.

Jadi ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (untuk mendekatkan diri kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala) atau apa saja yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan yang mubah pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala. Seperti tidur, makan, minum, jual beli, bekerja mencari nafkah, menikah, dan sebagainya. Jadi ibadah itu tidaklah sempit cakupannya, bahkan ia mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.

Sebagai contoh ibadah di luar masjid adalah bekerja. Banyak hadits yang menganjurkan seorang muslim untuk bekerja dan memuji para pelakunya. Rasululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: ” Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu makan adalah dari hasil kerjamu sendiri” (HR: Abu Dawud, At-Tirmidzy, dan An-Nasa-i, dari ‘A-isyah dengan sanad shahih).

Ketika para sahabat menyaksikan seorang laki-laki berjalan dengan gesit, mereka berkomentar, ” Seandainya (saja) ia berjalan di jalan Allah (berjihad).” Kemudian Nabi Shallaallaahu ‘alaihi wa sallam meluruskan pernyataan tersebut dan bersabda, yang artinya: “Jika ia keluar mencarikan nafkah anaknya yang kecil, maka ia di jalan Alloh subhaanahu wa ta’ala. Jika ia keluar mencarikan nafkah kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia di jalan allah, dan jika ia keluar mencari nafkah untuk dirinya dengan maksud menjauhkan diri dari yang tidak baik, maka ia di jalan Allah. Dan jika ia keluar dengan maksud riya’ (pamer) dan sombong, maka ia di jalan setan. ” (HR. Ath-Thabrany dari Ka’ab bin Ujrah dengan sanad shahih).

Rasululloh shallaalaahu ‘alaihi wa sallam -yang merupakan teladan yang utama dan pertama dalam beribadah- pada waktu kecil bekerja menggembala kambing dengan upah beberapa dinar. Kemudian beliau juga pernah berdagang. Begitu pula dengan para salafush-sholih (para pendahulu Islam yang sholih) mereka juga mencari nafkah dan membenci pengangguran. Abu Bakar, Utsman dan Thalhah Radhiyallahu ‘anhum adalah pedagang kain. Az-Zubair, dan Amr bin Al-Ash Radhiyallaahu ‘anhuma bekerja menjual pakaian jadi. Imam Ahmad Rahimahullah bekerja sebagai penulis kitab bayaran.

Jadi merupakan pandangan yang salah jika ada orang yang menganggap bekerja itu tidak termasuk ibadah. Namun tentu saja, bekerja yang dihitung sebagai ibadah adalah bekerja yang diniatkan untuk mencari bekal agar bisa mendekatkan diri kepada Alloh subhaanahu wa ta’ala dan menjaga kehormatan muslim serta harus dengan cara yang halal. Jika bekerja namun diniatkan untuk menumpuk harta atau berfoya-foya tanpa memikirkan hak anak, istri, orang tua serta ditempuh dengan cara yang haram masih ditambah lagi dengan melalaikan kewajiban agama (sholat dan mncari ilmu agama misalnya), tentu saja bekerja yang seperti ini tidaklah bernilai ibadah, bahkan hanya menambah dosa.

Ibadah yang bermanfaat adalah ibadah yang diterima oleh Alloh subhaanahu wa ta’ala. Jika kita telah berlelah-lelah beribadah namun tidak diterima oleh Alloh subhaanahu wa ta’ala maka ibadah kita tidak bermanfaat dan arti hidup kita akan tidak bermakna serta tujuan hidup kita tidaklah tercapai.

Agar bisa diterima oleh Alloh subhaanahu wa ta’ala, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan syarat: Ikhlas karena Alloh subhaanahu wa ta’ala semata, bebas dari syirik besar dan kecil & Sesuai tuntunan Rasullulloh shallaallaahu ‘alaihi wa sallam

Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha ilaaLlaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepadaNya. Syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammadur-Rasululloh karena ia menuntut wajibnya ta’at keada Nabi, mengikuti tuntunannya dan meninggalkan bid’ah (ibadah atau cara beribadah yang tidak pernah dituntunkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Dalil bagi kedua syarat ini ialah firman Alloh subhaanahu wa ta’ala, yang artinya: ” Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun (terhadap Alloh) dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS: Al-Kahfi :110).

Kalimat “..maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih..” merupakan manifestasi syarat kedua, yaitu sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena amal shalih itu adalah amal yang pasti telah dituntunkan Nabi. Sedangkan “..dan janganlah ia mermpersekutukan seorang pun (terhadap Allah) dalam beribadah kepada Tuhannya.” meruplakan manifestasi syarat pertama, yaitu keharusan ikhlash.

Dua syarat ini merupakan keharusan yang mutlak. Jadi adalah salah jika orang beribadah dengan cara yang tidak pernah dituntunkan Nabi kemudian dia berkata untuk membenarkan ibadahnya : ” Yang penting kan niatnya” atau ” Yang penting kan ikhlas”.

Niat ikhlas tidak bisa mengubah cara beribadah yang salah menjadi benar. Apalagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Barang siapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami (yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkannya dan tidak pernah membolehkannya) maka amal itu ditolak” (HR: Al-Bukhary dan Muslim ). Begitu pula sebaliknya, jika kita telah sesuai dengan tuntunan Nabi namun niatnya tidak ikhlas, maka amalan kita juga ditolak Alloh azza wa jalla.

Dua syarat ini haruslah dipahami dan berusaha terus untuk dikaji secara mendalam dan dipraktekkan. Maka tentu saja merupakan suatu kebohongan yang besar jika ada seorang muslim banyak ibadahnya tapi tidak pernah belajar bagaimana cara beribadah yang benar dan bagaimana agar amal ibadahnya dapat diterima Alloh subhaanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, langkah awal seorang muslim agar tujuan hidupnya tercapai adalah belajar dulu bagaimana cara beribadah yang benar dan dapat diterima. Tidak mungkin seorang yang tidak pernah mengaji, tidak pernah belajar agama bisa benar ibadahnya. Padahal tujuan dihidupkannya kita ini adalah ibadah -yang mencakup seluruh aspek kehidupan, lain tidak.

Maka marilah kita hidupkan semangat mencari ilmu agama agar kemudian ibadah kita benar dan dapat diterima oleh Allah, sehingga hidup kita benar-benar bermakna dan tujuan hidup kita tercapai. Marilah kita baca Al-Qur’an, kita pelajari isinya melalui buku-buku agama, kita baca hadits-hadits, kita pahami maknanya melalui majelis-majelis pengajian, agar tak menyesal jika sudah sampai di kuburan nanti.

(Sumber Rujukan: Kitab Tauhid, Asy-Syaikh Dr. Shaleh Al Fauzan)

Dahsyatnya cinta

“Cinta”, layaknya makanan pokok, istilah yang satu ini tidak pernah pudar sepanjang jaman. Selalu hadir dimanapun dan kemanapun kita berpaling. Betapa Dasyatnya Fitnah Cinta…. sehingga orang yang sedang dilanda cinta lazimnya akan terfokus untuk mendapatkan yang dicintainya. Akibatnya, tidak sedikit yang menjadi lalai dari mencintai Alloh serta Rasul-Nya.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Patutkah kamu mengambil dia (iblis) dan turunan-turunannya sebagai wali selain daripada-Ku , sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Alloh) bagi orang-orang yang zalim.” (QS: Al-Kahfi: 50).

Sesunguhnya seseorang yang bercita-cita tinggi tidak akan terpengaruh oleh cinta yang bisa menghalangi ketenangan, membuat tidur tidak bisa nyenyak, membuat bingung akal pikiran, dan bahkan bisa membuat gila. Betapa sering terjadi seseorang yang sedang dimabuk cinta menghabiskan harta dan mengorbankan jiwa serta kehornatannya demi yang dicintainya. Bahkan ia rela mengorbankan agama dan dunianya.

Cinta sanggup membuat tuan menjadi pelayan, dan penguasa menjadi budak. Anda lihat, banyak orang yang sudah terlanjur masuk dalam jerat cinta ingin keluar darinya. Akan tetapi, hal itu mustahil. Betapa banyak fitnah cinta yang menjebloskan orang-orang yang bersangkutan ke dalam Neraka Jahim, menjerumuskan mereka pada siksa yang sangat pedih, dan membuat nereka meneguk air nereka yang panas mendidih. Wallohu A’lam

(Sumber Rujukan: ‘Uluwwul Himmah, oleh Muhammad Ismail Al-Muqoddam; dan Lihat juga; Raudhat Al-Muhibbin wa Nuzhatul musytaqin, oleh Ibnul Qoyyim, hal 182-190; disarikan oleh Gani)

Rabu, 29 April 2009

Hati Sedih dan Pengobatannya Menurut Islam





www.qiblati.com

Rasulullah -Shalallahu alaihi wasalam- seringkali berlindung kepada Allah dan mohon dijauhkan dari rasa sedih dan susah. Beliau sering berdo’a :

اللَهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحُزْنِ, وَمِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ, وَمِنَ الجُبْنِ وَالبُخْلِ
"Wahai Allah, aku mohon lindung kepada-Mu dari rasa sedih dan susah, dari rasa lemah dan malas, dan dari sifat pengecut dan kikir"

Manusia hidup di dunia memang pasti merasa sedih dan susah, sebab sifat ini menjadi naluri manusia itu sendiri. Oleh karena ini, topik pembicaraan kita saat ini adalah tentang kesedihan secara umum, dan bagaimana Islam mengobatinya.

Setiap orang di dalam hidupnya pasti mengalami ujian dan cobaan. Manusia tetap manusia. Suatu ketika pasti diuji dan dicoba oleh Allah. Sebab memang demikianlah manusia diciptakan, sebagaimana firman Allah : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya , karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. Al-Insaan : 2). Allah -Subhanahu wa ta'ala- juga berfirman : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”. (QS. Al-Balad : 4). Maksudnya, dia berada di dalam bersusah payah sejak dia dilahirkan.
Sejak lahir manusia sudah keluar menangis. Ini pertanda bahwa di dalam hidupnya dia harus menjawab segala macam ujian. Tidak semua yang diharapkan pasti diprolehnya. Di dalam kehidupan ini banyak hal-hal yang datangnya secara spontanitas. Tidak terduga sebelumnya, terkadang kehilangan orang yang dihormati dan dicintai. Terkadang kehilangan harta, keluarga, bahkan harus meninggalkan tanah air. Tabiat kehidupan di dunia sama pula dengan tabiat manusia itu sendiri yang serba penuh ujian dan kesedihan. Allah befirman di dalam Al-Qur’an : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.(Al-Baqarah :155).

Kalau manusia pada umumnya pasti mendapatkan ujian, betapa pula orang mu’min yang pasti lebih besar pula dia untuk mendapatkan ujian. Sebab itu Rasulullah -Shalallahu alaihi wasalam- menegaskan di dalam haditsnya :
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ. يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى قَدَرٍ دِيْنِهِ. فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلْبًا اشتَدَّ بَلاَءً. وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِِ رِقَّةٌ –يَعْنِي ضَعْفٌ- ابْتَلِي عَلَى قَدَرٍ دِيْنِهِ. وَمَايَزَالُ البَلاَءُ يَنْزِلُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى الأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ خِطِيْئَةٌ.
"Manusia yang paling hebat cobaannya adalah para nabi. Kemudian yang paling sepadan, dan seterusnya dan seterusnya. Seseorang dicoba sesuai kadar agamanya. Jika agamanya kuat, hebatlah cobaannya. Jika dalam agamanya lemah, dia dcoba sesuai ukuran agamanya. Cobaan selalu saja menimpa seorang hamba, sehingga dia berjalan di atas bumi tanpa menanggung sebuah dosapun."

Dari sinilah, Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah, ketika orang-orang beriman menderita dengan berbagai macam cobaan dan penyiksaan kaum kafir ketika itu, maka diturunkanlah awal-awal surat Al-‘Ankabut yang berbunyi : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”. (QS. Al-‘Ankabut :2). Adakah di sana iman tanpa cobaan dan ujian?! .” Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar. Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.(QS. Al-‘Ankabut : 3). Begitulah di masa periode perjuangan Islam di Makkah. Adapun di Madinah, setelah umat Islam tinggal di sana dan mereka mengira selamat dari ujian dan cobaan, ternyata datang pula berbagai macam ujian yang bertubi-tubi. Datanglah perang Uhud, datang pula ujian perang Khandaq. Allah befirman : “Disitulah diuji orang-orang mu’min dan digoncangkan dengan goncangan yang sangat”. (QS. Al-Ahzaab : 11) Maka turunlah ayat : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”.(QS. Al-Baqarah : 214). Mereka menunggu pertolongan Allah, dan merasa terlambat datangnya sehingga bertanya-tanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Akhirnya Allah menegaskan : “Ingatlah! Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat!”. Kalau kita memperhatikan kehidupan para nabi, maka yang dapat kita ketahui adalah sarat dengan berbagai macam ujian dan cobaan yang beruntun. Coba perhatikan kehidupan Nabiyullah Yusuf -Alaihissalam-. Di dalamnya sarat dengan peristiwa-peristiwa berdarah yang bertubi-tubi. Peristiwa demi peristiwa. Pertama kali saudara-saudara seayahnya sepakat untuk membunuhnya. Kata mereka : “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik".(QS. Yusuf :9). Di antara mereka yang paling mempunyai rasa kasih sayang berkata : "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.". (QS. Yusuf : 10). Lalu mereka melemparkan Yusuf ke dalam jurang itu seperti halnya mereka melemparkan batu. Kemudian cobaan berikutnya Nabi Allah yang mulia ini dijual seperti halnya mereka menjual kambing. Allah berfirman : “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf “. (QS. Yusuf : 20). Cobaan berikutnya Yusuf menjadi pelayan, seperti halnya kaum sahaya. Cobaan berikutnya, Yusuf dipenjara seperti halnya kaum penjahat, sehingga tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Ada pula cobaan berat, yaitu ujian digodanya isteri pembesar negeri itu. Begitulah rentetan ujian yang menimpa Nabiyullah Yusuf –Alaihissalam-.

Coba lagi kita menengok ujian yang menimpa Nabiyullah Musa –Alaihissalam-. Sejak dilahirkan beliau sudah harus menjawab ujian. Pada waktu itu dia telah siap untuk disembelih oleh Fir’aun. Kemudian Allah ilhamkan kepada ibunya agar ia menjatuhkannya ke sungai. Allah berfirman : “Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya dari para rasul” (QS. Al-Qashash :7). Maka kehidupan Musa -Alaihissalam- penuh dengan hal-hal yang menyedihkan. Demikianlah kehidupan para nabi, sehingga orang mu’min tidak sepantasnya menunggu kehidupan yang selamat dari setiap kesedihan dan kesusahan. Hidup serba selamat dari kesedihan dan kesusahan bukan tabiat kehidupan dunia., melainkan tabiaat kehidupan di surga, sedang di dunia belum ada surga. Sebab itu, hendaklah orang mu’min bersabar menahan diri di dalam menerima segala beban hidup di dunia ini. Allah berfirman : “Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (QS. Ali ‘Imran :186)

Ujian, susah dan sedih adalah aturan-aturan rabbani yang pasti terjadi kepada setiap orang. Dan setiap orang akan teruji sesuai ukuran imannya.

Kesedihan dan kesusahan akan menimpa manusia atas beberapa faktor. Baik internal ataupun eksternal. Paling berbahaya adalah factor internal, akibat penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh kemajuan dunia kapitalis barat, sehingga menimbulkan keresahan dan kesedihan mendalam bahkan putus asa yang terkadang membuat orang bunuh diri. Terbukti hal ini di Negara Swedia, sebuah negara barat yang terkenal paling sering terjadi orang bunuh diri, walaupun Negara tersebut adalah Negara paling mewah dan tingkat ekonominya paling tinggi. Bahkan di sana terkenal dengan jaminan kesejahteraan sosial bagi kaum lansia, tuna karya, kaum anak dan ibu. Namun demikian, masih saja bertindak dengan tindakan yang paling rendah, yaitu pergi dan bunuh diri apabila dirudung kesedihan, patah hati atau jatuh failid.Berbeda dengan kita umat Islam yang dilindungi oleh iman. Semoga Allah senantiasa melindungi kita.

Manusia sedih berdasarkan tingkat berfikirnya. Susahnya orang kecil tidak seperti susahnya orang besar. Karena itu, kesedihan itu kembalinya kepada faktor-faktor tertentu. Kesedihan dapat menimpa kepada segala lapisan orang, baik dia orang biasa, orang lemah keperibadian atau orang kuat dan sehat. Tapi pada hakekatnya, ketika seseorang dihadapkan kepada ujian, pasti dia berfikir bagaimana cara menanggulanginya. Mampukan dia atau tidak. Biasanya, kalau tidak mampu dia menjadi resah dan sedih. Kesedihan inilah yang terkadang membuat dia terlempar jauh dari agama, serta tidak tahu bagaimana bertawakkal kepada Allah.

Penuntut Ilmu Harus Bertaqwa Kepada Allah, Menghormati Guru, Tunduk Kepada Kebenaran





Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (www.almanhaj.or.id)

Seorang penuntut ilmu harus bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana pun ia berada, juga harus senantiasa merasa diawasi oleh-Nya. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [1]

Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, cukup, dan tersembunyi.” [2]

PENUNTUT ILMU WAJIB MENGHORMATI GURU DAN BERTERIMA KASIH KEPADANYA
Seorang penuntut ilmu wajib menghormati ustadz (guru)nya yang telah mengajarnya, wajib beradab dengan adab yang mulia, juga harus berterima kasih kepada guru yang telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepadanya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak termasuk golongan kami; orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama” [3]

Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullaah berkata, “Seorang penuntut ilmu harus memperbaiki adabnya terhadap gurunya, memuji Allah yang telah memudahkan baginya dengan memberikan kepadanya orang yang mengajarkannya dari kebodohannya, menghidupkannya dari kematian (hati)nya, membangunkannya dari tidurnya, serta mempergunakan setiap kesempatan untuk menimba ilmu darinya.

Hendaklah ia memperbanyak do’a bagi gurunya, baik ketika ada maupun ketika tidak ada.

Karena, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

“Barangsiapa telah berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikannya itu. Jika engkau tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdo’alah untuknya hingga engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.” [4]

Adakah kebaikan yang lebih agung daripada kebaikan ilmu? Padahal, setiap kebaikan itu akan terputus kecuali kebaikan ilmu, nasihat dan bimbingan.

Setiap masalah yang dimanfaatkan oleh setiap manusia dan orang yang mengambil ilmu darinya, maka manfaatnya akan diperoleh oleh orang yang mengajarkannya dan juga penuntut ilmu dan orang lain. Sebab, hal itu adalah kebaikan yang senantiasa mengalir kepada pemiliknya.”

Syaikh as-Sa’di rahimahullaah melanjutkan, “Temanku telah mengabarkan kepadaku -ketika itu gurunya telah meninggal- ketika ia telah berfatwa dalam suatu masalah dalam ilmu faraaidh (ilmu waris) bahwa ia melihat gurunya dalam mimpi membaca di dalam kuburnya. Ia berkata, ‘Masalah si fulan yang engkau berfatwa mengenainya, pahalanya telah sampai kepadaku.’

Ini adalah perkara yang telah dikenal dalam syari’at,

“Barangsiapa membuat contoh yang baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari Kiamat.” [5]

TIDAK BOLEH MENYEMBUNYIKAN ILMU
Menyembunyikan ilmu adalah satu sifat tercela yang disandang oleh Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani), yaitu mereka menyembunyikan kebenaran risalah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam Kitab suci keduanya: Taurat dan Injil.

Apabila seseorang mengetahui suatu ilmu, kemudian ada orang lain yang bertanya tentang ilmu tersebut maka ia harus menyampaikan ilmu tersebut kepadanya. Sebab apabila tidak dilakukan dan ia menyembunyikan ilmunya itu, ia terkena ancaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

“Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan di-belenggu pada hari Kiamat dengan tali kekang dari Neraka.” [6]
Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat.” [Al-Baqarah: 159]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu hendaklah memberikan ilmunya kepada penuntut ilmu selainnya dan tidak menyembunyikan suatu ilmu pun karena ada larangan keras dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan tersebut.” [7]

Selain itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan bagi orang yang menyembunyikan ilmu dalam sabda beliau.

“Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu kemudian tidak menceritakannya (tidak mendakwahkannya), seperti orang yang menyimpan perbendaharaan lalu tidak menginfakkannya.” [8]

Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang berkaitan tentang apa yang wajib diketahui oleh setiap Muslim dari urusan agamanya.

Selain itu, menyampaikan ilmu hanyalah kepada orang yang layak menerimanya. Adapun orang yang tidak layak menerima ilmu itu, maka boleh menyembunyikan ilmu darinya. Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Syakir rahimahullaah mengatakan, “Menyampaikan ilmu hukumnya wajib dan tidak boleh menyembunyikannya, namun mereka (para ulama) mengkhususkan hal itu bagi orang yang berkopetensi (layak) menerimanya.

Diperbolehkan menyembunyikan ilmu kepada orang yang belum siap menerimanya, demikian juga kepada orang yang terus-menerus melakukan kesalahan setelah diberikan cara yang benar.” [9]

PENUNTUT ILMU HARUS TUNDUK PADA KEBENARAN
Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu pernah berkata, “Allah Ta’ala adalah Hakim Yang Mahaadil dalam memberikan hukuman. Dia-lah Dzat yang Nama-Nya Mahatinggi. Dan orang-orang yang meragukan hal itu akan binasa.” [10]

‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin Mas’ud rahimahullaah berkata, “Ada seseorang yang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud seraya berkata, ‘Wahai Abu ‘Abdirrahman, beritahukan kepadaku kalimat yang simpel namun banyak mengandung manfaat!’ ‘Abdullah menjawab, ‘Jangan sekali-kali engkau menyekutukan Allah. Berjalanlah bersama Al-Qur-an kemana saja engkau pergi. Jika ada kebenaran yang datang kepadamu, janganlah segan-segan untuk menerimanya sekalipun kebenaran itu jauh letaknya dan tidak menyenangkan. Dan jika ada kebathilan yang datang kepadamu, tolaklah ia jauh-jauh sekalipun kebathilan itu sangat dekat letaknya dan sangat kausukai.’” [11]

Imam asy-Syafi’i rahimahullaah mengatakan, “Ketika aku meriwayatkan hadits shahih dari Rasulullah dan aku tidak menggunakannya, maka aku bersaksi pada kalian semua bahwa (sejak itulah) kewarasan akalku telah hilang.” [12]

Beliau juga berkata, “Apabila ada seseorang yang mengingkari dan menolak kebenaran berada di hadapanku, maka aku tidak akan menaruh hormat lagi kepadanya. Dan barangsiapa yang menerima kebenaran, maka aku pun akan menghormati dan tanpa ragu akan mencintainya.” [13]

Orang yang sombong adalah orang yang menolak kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“...Yang dikatakan sombong adalah menolak kebenaran dan melecehkan manusia.” [14]

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1987), Ahmad (V/153, 158, 177), dan ad-Darimi (II/323), dari Abu Dzarr radhiyal-laahu ‘anhu. Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi (no. 1987), Ahmad (V/236), dan ath-Thabrani dalam al-Ausath (no. 3791), dari Muadz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2965) dan Ahmad (I/168), dari Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqas radhiyallaahu ‘anhu.
[3]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/323) dan al-Hakim. Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 5443).
[4] Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/98-99), Abu Dawud (no. 1672), an-Nasa-i (V/82), al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 216), Ibnu Hibban (no. 3400-at-Ta’liqaatul Hisaan), al-Hakim (I/412, II/13), dan ath-Thayalisi (no. 2007), dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 254).
[5]. Al-Mu’iin ‘ala Tash-hiih Adaab wa Akhlaaqil Muta’allimin (hal. 31-33).
[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3658), at-Tirmidzi (no. 2649), dan Ibnu Majah (no. 266), ini lafazh Ibnu Majah, dari Shahabat Abu Hurairah. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (II/441), Shahih Sunan at-Tirmidzi (II/336, no. 2135), dan Shahih Sunan Ibni Majah (I/49, no. 213).
[7]. Lihat al-Baa’itsul Hatsiits (II/440).
[8]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath (no. 693), dari Shahabt Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 3479).
[9]. Lihat al-Baa’itsul Hatsiits (II/440).
[10]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (I/357).
[11]. Shifatush Shafwah (I/183), cet. II, Maktabah Nazar Musthafa al-Baaz, th. 1418 H.
[12]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (X/34).
[13]. Ibid (X/33).
[14]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 91 (147)) dan at-Tirmidzi (no. 1999).

Tulus

Nasihat yang tulus,tanpa pamrih, tnpa batu yang dibaliknya udang, akan mudah diterima. Siapapun yang dinasehati akan mudah menerimanya. ketulusan beriring cinta, dan cinta senantiasa menghasilkan kepatuhan.

dalam suasana penuh cinta, perbaikan mendapatkan perhatian. dalam lingkungan penuh cinta, perintah pada kebaikan dan larangan terhadap kejahatan menjadi efektif.
Rasulullah, dengan kecintaan terhadap umatnya yang sedemikian besar menjadi para rahasia sahabat yang bisa meninggalkan kebiasaan dan perilaku buruk setelah mendengar perintah. kecintaan itu berlandaskan ketulusan, yang Rasulullah tidak mengharapkan apapun dari umatnya kecuali agar selamat di akherat kelak.

perintah beliau bertahan sepanjang genersi sahabat, tabiin, dab tabiit tabiin, hingga masa kita hari ini. Generasi mereka merupakan tiga generasi yang digambarkan nabi sebagai generasi-generasi terbaik.

terkadang

dalam hidup, terkadang lebih banyak mendapatkan apa yang tidak di inginkan. dan ketika mendapatkan apa yang di inginkan, akhirnya tahu bahwa yang diinginkan terkadang tidak dapat membuat hidup menjadi lebih bahagia. Hanya Allah Yang Maha Mengerti.

manusia harus

Setiap manusia harus cukup rendah hati untuk mengakui kesilapannya, cukup bijak untuk mengambil manfaat daripada kegagalan dan cukup berani untuk membetulkan kesilapannya

sahabat yang baik

Sebaik-baik sahabat adalah orang yang apabila engkau melihatnya menjadikanmu mengingat Allah

barang siapa

Di celah dunia.. dalam meneliti bebunga keinsafan.. barang siapa yang emperbaiki batinnya maka Allah akan memperbaiki lahirnya, barang siapa Allah tujuannya, maka dunia akan melayaninya, sesungguhnya janji Allah benar belaka..

Selasa, 28 April 2009

sayangku pada-Mu

kasihku, sayangku, rinduku pada-Mu....
bak air di kali. senantiasa mengalir tak akan putus, meski kadang kala gersang mengunjungi dan hadir

menuntut ilmu

"tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah, tetapi tidak boleh melupakan ilmu"

nasehat

berilah nasihat dikala aku sendiri, dan jangan nasehati aku dikala berada di tengah kerumunan orang. memberi nasehat di tengah keramaian orang, sama halnya dengan penghinaan.

dekat dengan allah

orang yang dekat dengan Allah akan bahagia hidupnya. dia hidup bagaikan burung-burung yang berterbangan bebas. meskipun terbang jauh, pastikan dia akan kembali ke sarangnya

aku bermaksud

aku bermaksud baik, tetapi malah sesuatu yang buruk. memang hal itu terjadi, akibat keburukan ku juga

ilmuku

sering kali, waktu ilmuku bertambah aku merasa aku adalah orang yang berotak tumpul. semakin bertambah ilmuku, semakin bertambah pula pengetahuanku akan kebodohanku

Kamis, 09 April 2009

Inginku Kau Mengerti

beribu getir kau tumpahkan pada pelupuk mata hingga kelu
desahan lirih cinta menasbih namamu tak ketuk pintu pengorbanan
dan ketika kaki ini lelah tertatih setelah begitu rutin
asa kuteteskan pada dinding jiwamu. kau pilu.
kau kata tak ada cinta lagi untukmu

lalu apa kau tahu
tiap butiran cinta jiwa ini terpahat namamu
dan kugulirkan dalam nyanyian rindu kecemasan

apa kau tak sadar pula
betapa dalam persembahan akan semua rasa
atas segala goresan yang ingin memakna

kenapa tak jua mengerti, dirimu yang kunanti

Bangkit Lagi

ketika asa menjelma kata menjadi nyata
menyurat rasa yang memendam bara
ingin diterima tapi malah kena cerca
maka tertampar hati sakit terasa

jatuh terkapar diri rasai
sempat hati tuk melarikan diri
namun sadar lalu coba berdiri
dan bangkit tuk kesekian kali

lihat semua satu persatu lalu pilu
merasa malu mencoreng nama guru
tapi diri akan lahir selalu
dengan semangat tuk buat karya baru

hingga suatu masa nanti
diri akan bawa nama dalam mati

Tasbih Cinta

empat purnama lalu cinta memberi tasbih namamu
untuk kugulirkan kala rindu menerpa kalbu
cinta menitipkan pula setitik air
untuk kucampur air mataku yang mengalir
dan aku tetap tenggelam dalam kesunyian
tanpa bisa sentuh bayang impian

kau tahu pengembaraanku terhenti di padang milikmu
pada hamparan hijau rumput kueja namamu
di tebing-tebing bukit kuukir kerinduanku
hingga kuhanyutkan asa lewat deras sungai menuju hulu
namun tetap saja tak tampak sosok damai itu
hingga tersungkur ku dalam lembah risau

apa kau tahu cintaku bukan angin badai
bukan gelombang besar menerjang karang
cintaku hanya bisikan lirih menasbih namamu
cintaku tetesan air selalu pada batu hatimu
cintaku desah kecil terurai kecemasan
langkah kecil tertatih gapai matahari

karena cinta telah mengetuk pintuku
menitipkan butir asa berpahat namamu

kopimu

kueja jejak kerak kopi itu
yang membekas di dasar hati
nikmat kukecap

karena lidah ini masih kelu
oleh rasa yang terlalu tinggi
hingga hambar

lalu perlahan kujilati pinggirnya
untuk kugores pada gelasku

Bekal Perjalanan

ketika kaki mungilku hendak beranjak keluar ambang pintu rumah
menuju tempat berkumpulnya wajah kanak di bangku-bangku diniyah

ibuku berpesan “Jangan lupa memasukkan bekalmu ke dalam tas.
Supaya nanti kamu tidak lapar dan dahaga.”

tatkala dalam tapak dewasaku
hedak berlalu menuju sebuah tanah baru

ayahku berpesan “Genggamlah selalu amanah dari Tuhanmu dan jangan pernah
kamu melepaskannya. Karena dia yang akan menjaga kesucian jiwa dan ragamu.”

hingga masa terus bergulir
membawa kaki-kaki bergegas melintasi pasir
menyisakan lelah di kala terang berada di batas akhir

dan genggamanku tidak lagi erat seperti dulu
merenggang perlahan dan nyaris terlepas
mengantar diri terhempas di dalam kegelapan yang meluas

lalu sebilah cahaya melintas di ujung penglihatan malam
mengajak langkah lemahku tertatih menyusul dan bertekad meraihnya

menjadikannya suluh dalam pencarian
bekalku yang terlepas dalam perjalanan

Pesan dari Sang Antagonis

Aku tak butuh kritikanmu!
Atau bahkan pujianmu!
Berbicaralah sesukamu, teriaklah, sampaikan pada dunia tentangku...
Tentang kebusukanku!
Kepalaku kan tetap menengadah...dan dadaku kan selalu membusung menghantam awan dan hujan!!!

Kuhujam langit,,Tuhan-Tuhanmu pun kucaci!
Mana suaramu?? Hah??! Bicaralah!!
Keluarkan semua ludahmu...bahkan debu di kakimu pun
Kuterima!!
Tapi kau tak akan pernah mampu membinasakanku!!
Tak akan!!

Patahkan kakiku,,remukkan lenganku!!
Tapi kau tak akan cukup berani membungkam jiwaku!
Membunuhku?? SILAHKAN!!
Darahku tak akan beku...akan terus membasahi jalan yang kau lalui
Hingga kau tak akan pernah lupa siapa aku!!

Aku akan terus ada!
Jadi mimpi terburukmu!!

Berbahagialah!! Bernyanyilah!!
Teriakkan karyamu!! Kalimat indahmu!!

Sebelum aku bangkit dan memusnahkan semuanya!!

Kau akan mati,,sebelum kau sadar bahwa aku telah membunuhmu!!!

Ada keluhan??! Hah??!!

Jangan Mengeluh

keluhmu kan jadi doa..
meski tak mau kau tetap begitu
akankah kau tambahkan lara hatimu
dengan isyarat kepengecutan

kau tak ingin begitu
tapi jiwamu bilang aku mau
meski kau bilang tak mau
ahhh

ASA MEMBAKAR RASA

rasa ini buntet serasa
hidroxyl toluen poly butadiene
teronggok jorok di meja pojok
menunggu ammonium perchlorat
jengukan garam melumur jidat
melumpur fungsi waktu, putaran
dan butir bulir-bulir kristal
mengikat lekat di kenanoan jiwa
agar yang mampet, deras mengulir
mencahaya dan membangkitkan tenaga
selaksa kerongkongan di tengah nosel
mem-bellshape-kan semburat tarikan
gaya inersia, menuju luncuran cita-cita
yang buntet mampet melayang ke antariksa raya

menjadi kenang yang hanya perlu untuk dikenang
-----


catatan :
hidroxyl toluen poly butadiene = bahan bakar roket
ammonium perchlorat = oksidator bahan bakar
nano = sepuluh pangkat minus dua belas
nosel = pengkonversi tenaga berdasarkan tekanan
bellshape = bentuk nosel yang mirip sebuah bel

mencari siapa aku?

adakah aku masih mencari?
adakah aku masih terus berlari?
untuk menggapai apa yang sebenarnya aku pun tak pernah begitu mengerti apa yang aku inginkan?
ketika kehidupan tak berarti bagi kehidupan yang lain,
ketika kehidupan hanya satu egoisme tanpa henti.
yang mengorientasikan diri kepada yang semu semata.
ketika hidup hanyalah satu perjalanan tanpa mencoba mengartikannya kepada kehdupan itu sendiri,
ketika segala sesuatu hanyalah rutinitas dan tradisi,
yang merupakan satu hal yang dipakai untuk membuat waktu seolah berlalu dan melarikan diri dari alam kehidupan.

adakah aku masih ingin kehidupan?
adakah aku masih menginginkan ujung dunia?
padahal aku haya perlu diam,
tak perlu berlari,
hanya berkontemplasi,
melihat kedalaman diri,
dan mengikuti keberadaan serta eksistensi alamiah,
mencoba menjadi fatalistik dan tak perlu romantik..

aku belum tahu, mungkin masih butuh waktu lama untuk tahu..

namun aku akan mencoba untuk mencari tahu,
dimanakah dan bagaimanakah kehidupanku layak disebut kehidupan oleh Sang Kehidupan???

Apakah Aku Adalah Aku?

Aku adalah Aku.

Apakah Aku adalah Aku?
Siapa yang menyetandarkan Aku adalah Aku?
Apakah Diriku, atau Kamu, atau Dia?
Karena Aku tidak akan menjadi Aku.
Jika tidak karena ada Kamu, dan Dia.

Lalu Kamu bertanya, "Siapakah Kamu?"
"Aku" Tapi bukan Aku adalah Aku.
Kenapa Aku bukan adalah Aku?
Karena Aku bagian dari Kamu, atau Dia.
Karena benarkah Aku ini Aku?

Aku adalah Aku ialah satuan.
Aku sebagai Aku hanya pecahan.
Mengapa kamu tahu Aku adalah Aku?
Karena ada Dia dan Kamu.
Jadi Aku bukanlah Aku?

Karena Aku bagian dari Dia dan Kamu.
Bagaimana supaya Mengenal Aku?
Kenalilah Dia dan Kamu
Apakah Dia dan Kamu berpengaruh bagi Aku?
Karena Aku bisa menjadi Dia atau Kamu.

Akunya Kamu, Akunya Dia, dan Akunya Aku.

Sebuah Pesan

: Zam

Malaikat hari ini mengantar pesan

Pesan itu berbunyi,

Ini sebuah pesan
bagi yang sedang berkurang bulan,
bagi yang tahunnya hampir kehabisan

"Bung! Jatahmu sudah berkurang."

Di bagian akhir,
dibubuhkan tandatangan

Tertanda...

"Te-U-Ha-A-eN"
"Te-U-Tu, Ha-Aa-Ha, eN-Han"
"TU-HAN"
lamat-lamat suara membacanya

Terdengar?

di hari ulang tahunnya, 150109

" Pada kala..."

Pikirku menerawang selami asrar-Mu
dan tak ingin kusembunyikan senyapku
Ahh...kuhirup dalam desiran bayu
Harap luruhkan benteng lara yang menghimpit relungku
Tlah pula sang kejora menyembul di balik cakrawala
Walau kelopak mata belum sempat bermanja di peraduannya

Pada kala
Kudendangkan kidung renjana
Entah dapat kau dengar
Walau hanya sebait resah
Tapi sesaat lagi tunggu aku di sana
Membawa sekeranjang puspa pada pusara
Walau ku tahu
Dunia kita belum bisa bercengkerama

Aku masih di sini
Tapakkan langkah menuju astanamu di nirwana
Masih kan kudendangkan kidung renjana
Karena pada kala
Kutitipkan sebuah asa

Sabtu, 04 April 2009

Terapi Rasulullah Dalam Penyembuhan Penyakit Al-Isyq (Cinta)

Oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah


Mukaddimah
Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya? Mari sama-sama kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya besarnya Zadul Ma'ad.

Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.

Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina ".Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth berkata: "Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". [Al-Hijr: 68-72]

KEBOHONGAN KISAH CINTA NABI DENGAN ZAINAB BINTI JAHSY
Ada sekelompok orang yang tidak tahu menempatkan kedudukan Rasul sebagaimana layaknya, beranggapan bahwa Rasulullah tak luput dari penyakit ini sebabnya yaitu tatkala beliau melihat Zaenab binti Jahsy sambil berkata kagum: Maha Suci Rabb yang membolak-balik hati, sejak itu Zaenab mendapat tempat khusus di dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh karena itu Beliau berkata kepada Zaid bin Haritsah: Tahanlah ia di sisimu hingga Allah menurunkan ayat:

“Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat kepadanya : "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” [Al-Ahzab :37] [1]

Sebagain orang beranggapan ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi, bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran para Nabi dan meyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi akibat kejahilannya terhadap Al-Quran dan kedudukan para Rasul, hingga ia memaksakan kandungan ayat apa-apa yang tidak layak dikandungnya dan menisbatkan kepada Rasulullah suatu perbuatan yang Allah menjauhkannya dari diri Beliau .

Kisah sebenarnya, bahwa Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid ibn Harisah .--bekas budak Rasulullah-- yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil dengan Zaid ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibandingkan Zaid. Oleh Sebab itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui Rasulullah minta saran untuk menceraikannya, maka Rasulullah menasehatinya agar tetap memegang Zainab, sementara Beliau tahu bahwa Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan orang jika mengawini wanita bekas istri anak angkatnya. Inilah yang disembunyikan Nabi dalam dirinya, dan rasa takut inilah yang tejadi dalam dirinya. Oleh karena itu di dalam ayat Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkanNya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal tersebut sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia dalam hal-hal yang memang Allah halalkan baginya sebab Allah-lah yang seharusnya ditakutinya. Jangan Sampai beliau takut berbuat sesuatu hal yang Allah halalkan karena takut gunjingan manusia, setelah itu Allah memberitahukannya bahwa Allah langsung yang akan menikahkannya setelah Zaid menceraikan istrinya agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya mengenai kebolehan menikahi bekas istri anak angkat, adapun menikahi bekas istri anak kandung maka hal ini terlarang.sebagaimana firman Allah:

"Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu" [Al-Ahzab: 40]

Allah berfirman di pangkal surat ini:

"Artinya : Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja" [Al-Ahzab : 4]

Perhatikanlah bagaiamana pembelaan terhadap Rasulullah ini, dan bantahan terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahi at-Taufiq.

Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya. Aisyah adalah istri yang paling dicintainya, namun kecintaannya kepada Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya tertinggi, yakni cinta kepada Rabbnya. Dalam hadis shahih:

"Artinya : Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih"[2]

KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ
Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahbbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:

"Artinya ; Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih" [Yusuf : 24]

Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .

Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai Ibu Nabi Musa:

"Artinya ; Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya" [Al-Qasas :11]

Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya kepada
Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.

BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama : Karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.

MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya, secara fitrrah saling tertarik dengan jenisnya, sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.

Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan mengakibatkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:

"Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya” [Al-A'raf :189]

Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa, dan tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keingginan, kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak dipungkiri bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.

Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:

"Artinya : Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih "[3]

Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah nabi mengucapkan hadis ini.

Karena itulah syariat Allah akan menghukumi sesuatu menurut jenisnya, mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan perbeda atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.

Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat, Allah berfirman:

"Artinya : (kepada malaikat diperintahkan): Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah" [As-Shaffat : 23]

Umar ibn Khtaab dan seteelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran wajahum yakni yang sesuai dan mirip dengannya .Allah juga berfirman

"Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan" [At-Takwir : 7]

Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama prilakunya dengannya, Allah akan menggiring antara orang-orang yang saling mencintai kareNya di dalam surga dan akan menggiring orang orang yang saling bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap oran akan digiring dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau. Di dalam mustadrak Al-Hakim disebukan bahwa Nabi bersabda:

"Artinya : Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan digiring bersama mereka kelak" [4]

[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
_________
Foote Note
[1]. Ini berita batil yang diriwayatkan oleh Ibn Sa'ad dalam at-Tabaqat/101-102, dan al-Hakim 3/23 dari jalan Muhammad ibn Umar al Waqidi seorang yang Matruk (ditinggalkan)-- dan sebagian menggapnya sebagai pemalsu hadis, dari Muhakmmad ibn Yahya ibn Hibban--seorang yang siqah –namun riwayat yang diriwayatkannya dari Nabi sekuruhnya mursal. Kebatilah riwayat ini telah diterangkan oleh para ulama almuhaqqiqin. Mereka berkata: Penukil riwayat ini dan yang menggunakan ayat ini sebagai dalil terhadap prasangka buruk mereka mengenai Rasulullah sebenranya tidak meletetakkan kedudukan kenabian Rasulullah sebagaimana layaknya, dan tidak mengerti makna kemaksuman Beliau. Sesungguhnya yang disembunayikan Nabi di dalam dirinya dan belakangan Allah nampakkan adalah berita yang Allah sampaikan padanya bahwa kelak Zaenab akan menjadi istrinya. Faktor yang membuat nabi menyembunyikan berita ini tidak lain disebabkan perasaan takut beliau terhadap perkataan orang bahwa Beliau tega menikahi istri anak angkatnya . Sebenarnya dengan kisah ini Allah ingin membatakan tadisi jahiliyyah ini dalam hal adopsi , yaitu dengan menikahkan Rasulullah dengan istri anak angkatnya. Peristiwa yang terjadi dengan Rasulullah ini sebagai pemimpin manusia akan lebih diterima dan mengena di hati mereka.. Lihat Ahkam Alquran 3/1530,1532 karya Ibn Arabi dan Fathul Bari 8/303, Ibn Kastir 3/492, dan Ruhul Ma'ani 22/24-25.
[2]. Hadis diriwayatkan oleh Bukhari 7/15 dalam bab fadhail sahabat Nabi, dari jalan Abdullah ibn Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim (2384) dalam Fadail Sahabat, bab keutamaan Abu Bakar, dari jalan Abdullah ibn Masud, dan keduanya sepakat meriwayatkan dari jalan Abu Sa'id al-khudri.
[3]. Hadis Riwayt Bukhari 7/267dari hadis Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul
[4]. Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan an-Nasai dari jalan Aisyah Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Aku bersumpah terhadap tiga hal, Allah tidak akan menjadikan orang-orang yang memiliki saham dalam Islam sama dengan orang yang tidak memiliki saham, saham itu yakni: Sholat, puasa dan zakat. Tidak lah Allah mengangkat seseorang di dunia, kemudain ada selainNya yang dapat mengankat (derajatnya) di hari kiamat. Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali kelak Allah akan menggumpulkannya bersama (di akhirat). Kalau boleh aku bersumpat terhadap yang keempat dan kuharap aku tiodak berdosa dalam hal ini yaitu tidaklah seseorang memberi pakaian kepada orang lain (untuk menutupi auratnya) kecuali Allah akn memberikannya pakaian penutup di hari kiamat. Para perawi hadis ini stiqah kecuali Syaibahal-khudri (di dalam Musnad di tulis keliru dengan al-isyq-hadromi). Dia meriwayatkan dari Urwah, dan dia tidak di tsiqahkan kecuali oleh Ibn Hibban, namun ada syahidnya dari hadist Ibn Masud dari jalur Abu Yala, dan Thabrani dari jalur Abu Umamah, dengan kedua jalan ini hadis ini menjadi sahih.

Mendiskreditkan Buta Huruf (Ummii)

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (www.almanhaj.or.id)




Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Seringkali kami membaca di media massa dan melihat di berbagai pengumuman di jalan-jalan yang mendiskreditkan Buta Aksara dan menganggap buta huruf sebagai keterbelakangan. Sementara Allah menggambarkan umat Islam ini sebagai umat yang buta huruf.

“Dan Dia yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka …” [Al-Jumu’ah : 2]

Kami minta diberikan penjelasan dalam hal itu?

Jawaban
Umat Nabi Muhammad dahulu, dari kalangan masyarakat Arab maupun non Arab adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis, oleh sebab itu mereka diberi gelar ummii, masyarakat buta huruf. Yang bisa melakukan baca tulis diantara mereka sedikit sekali dibandingkan dengan yang tidak mampu. Nabi kita sendiri, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak bisa baca tulis, sebagaimana difirmankan oleh Allah.

“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu ; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)” [Al-Ankabuut : 48]

Justru keberadaan beliau sebagai orang yang buta huruf itu menunjukkan kebenaran risalah dan kenabian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau membawa sebuah kitab agung kepada umat manusia, kitab yang tidak bisa ditiru oleh masyarakat Arab maupun non Arab

Allah telah mewahyukan kepada beliau, melalui malaikat Jibril Ruuhul Amien Alaihis sallam. Allah juga mewahyukan kepada beliau ajaran sunnah yang suci serta bebagai ilmu yang pernah dimiliki oleh para Nabi terdahulu, Allah juga memberitahukan kepada beliau berbagai pengetahuan tentang berbagai hal yang pernah terjadi di masa lampau serta yang akan terjadi di akhir zaman, bahkan yang akan terjadi di Hari Kiamat. Allah juga mengabarkan kepada beliau tentang hal-hal yang ada di Jannah dan Naar serta keberadaan para penghuninya.

Semua itu adalah dari keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada beliau atas menusia lainnya. Dengan wahyu itu, beliau membimbing umat manusia menuju kedudukan yang lebih tinggi dan demikian sifat dari kerasulan beliau.
Penggambaran umat beliau sebagai umat yang buta huruf bukanlah bertujuan menganjurkan mereka agar tetap menjadi masyarakat buta aksara. Tetapi tujuannya adalah memberitahukan tentang kondisi mereka pada saat Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai rasul kepada mereka. Kitabullah dan Sunnah Rasul justru menganjurkan belajar, menulis dan keluar dari kondisi sebagai masyarakat buta aksara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui” [Az-Zumar : 9]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : ‘Berlapang-lapanglang dalam majlis’, lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” [Al-Mujadadilah : 11]

Allah juga berfirman.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari para hamba-Nya hanyalah para ulama..” [Faathir ; 28]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa meniti suatu jalan, dan dijalan itu ia menuntut ilmu, maka melalui jalan itulah Allah akan mempermudah baginya jalan menuju Jannah”.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda

“Siapa saja yang Allah inginkan kebaikan bagi dirinya, pasti Allah jadikan dirinya orang yang faqieh di bidang agama”.

Disepakati keshahihannya.

Ayat-ayat dan hadits-hadits yang senada dengan itu masih banyak lagi. Hanya Allah yang dapat memberikan taufiq.

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Awwal, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Eidisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penerjemah Abu Umar Abdillah, Penerbit At-Tibyan – Solo]

Indahnya Islam

Oleh
Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman

Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilanngan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.

“Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” [Ali-Imran : 19]

Juga firmanNya.

“Artinya : Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima” [Ali-Imran : 85]

Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barangsiapa mentaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya.

Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini. Allah berfirman.

“Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu “Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya”. [Asy-Syura : 42]

Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhlukNya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya. Allah berfirman.

“Artinya : Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya” [Asy-Syura : 42]

Sebagian ahli ilmu mengatakan : Sebelumya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhai Allah, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba padaNya dengan dasar ayat.

“Artinya : Dia mencintai mereka dan mereka mencitaiNya” [Al-Ma’idah : 54]

Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepadaNya dengan dasar ayat.

“Artinya : Allah meridhai mereka dan mereka meridhainya” [At-Taubah : 100]

Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepadaNya dengan dasar ayat.

“Artinya : Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya” [At-Taubah : 118]

Demikianlah, bila Allah mencitai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah bersabda.

“Artinya : Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nashrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali syurga akan haram buat dirinya” [Hadits Riwayat Muslim]

Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan syahadataian.

Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya. Allah berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [Al-Hijr : 9]

Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya. Allah berfirman.

“Artinya : Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab” [Al-Ma’idah : 44]

Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya.

Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.

“Artinya : Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya” [Al-Hajj : 15]

Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi : “Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan ? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma) ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah”, yaitu Roma yang tertelak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Rabb-mu. Jangan engkau jawab “Dengan akalku”, tapi jawablah dengan fitrahku”. Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah.

“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”
Ia menjawab : “Pernah”.
(Abu Hanifah bertanya lagi) : “Apakah engkau merasa akan tenggelam ?”
Jawabnya : “Ya”.
“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”
“Ya”, jawabnya.
"Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya hadits Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda. “Artinya : Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi”.

Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhai Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai shalat lima waktu, haji, puasa di bulan tertentu ? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para NabiNya.

Sekali lagi, nikmat dan anugrah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syari’atNya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hambaNya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan mentaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya.

Syari’at Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara dhahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.

Syahadat “Laa Ilaaha Illa Allah”, maknanya, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selainNya. Sedangkan makna syahadat “ Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, disamping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tidak mengikuti ra’yu keluarga, ra’yu kelompok, ra’yu jama’ah, ra’yu tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al-Qur’an dan Sunnah.

Dakwah Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompk ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Namun, memang telah timbul dakhon (kekerruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai ilmu syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i : “Setiap orang bisa diambil perkataanya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah”.

Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan syirik dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian pejagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamr, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan ikhtilath (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan tabdzir (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syari’at telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digarsikan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.

Syari’at telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan.

Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan ? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengkaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karuniaNya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M Rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]
Sumber www.almanhaj.or.id