Selasa, 13 Juli 2010

surat 27 abjad


"Aku ingin duduk di sampingmu, sambil membayangkan ada sebuah
Buku yang siap membaca dirinya sendiri sementara aku menatapmu saja." Perasaan ini tentulah bukan seperti sinetron itu. Aku telah
Dalam memasuki kehidupanmu yang seperti labirin dengan daun dan
Embun yang senantiasa gugur setiap pagi. Aku ingin menyatu, menolak
Fitnah yang biasa ditujukan ke sebuah pasangan yang saling menggenggam
Gigil yang hadir di tubuh masing-masing. Begitu lembab udara malam, aku
Hilang lalu lalang di antara kedua bolamatamu itu. Ini bukan
Impian semata-mata yang diucapkan anak TK, ketika sang guru menghendaki
Jawaban dari pertanyaan cita-cita. Tetapi aku memang mencintaimu seperti
Kayu yang rela terbakar dan Sapardi mungkin saja benar, aku menatapmu
Lebih nanar ketimbang cara aku menatap kebenaran itu sendiri.
Mungkin aku terlihat seperti lelaki dengan kain gombal. Aku
Ngungun seperti sekumpulan burung gagak di kabel-kabel listrik. Seperti
Ombak yang datang untuk sekadar menghapus nama Kekasihmu di masa lalu.
Perempuan memang sulit menghapus perasaan. Aku mengerti itu seperti
Qabil yang menyesal telah menguburukan pikirannya ke dalam perut bumi.
"Rebahkan aku di hatimu." Tentu permintaan semacam ini
Sering diucapkan para lelaki. Tetapi aku tidak tahu, tanpa dirimu aku
Telah mengucapkan itu berulang kali dan mengharapkan bantal tidurku
Urung menampung berat kepala ini demi sekadar membayangkan senyum
V yang melengkung sempurna itu. Jam dinding di kamar ini selalu menunjukkan
Waktu seperti palang pintu ketika aku ingin mengetuk rumahmu dengan tanda
X yang merintangi aku sebelum sampai ke dua hal terakhir tentang surat cinta ini
Yaitu aku telah mencintaimu lebih dari apapun yang kau mengerti tentang cinta,
Zaman, dan peradaban. Dan aku berharap kau pun mengerti aku. Itu.

Tidak ada komentar: