Sabtu, 10 Juli 2010

rencana masa depan?

Rencana masa depan? Ahhh… saya ingin sekali bercerita tentang hal ini..
Well.. dalam hidup saya, saya ingin hidup dengan waktu yang bisa saya atur sendiri. Saya ingin mempunyai cukup waktu untuk menemani keluarga saya. Saya tidak ingin selama dua belas jam sehari dalam hidup saya biarkan habis di luar rumah, saya ingin bisa menemani anak-anak saya kelak belajar, bermain atau mengantarkan mereka ke sekolah.
Lalu pekerjaan saya apa?
Untuk bisa hidup seperti ini, sepertinya saya tidak punya pilihan selain memiliki usaha sendiri. walaupun mungkin awalnya juga cari modal juga..
so, harus jadi job seeker dong?
hi..hi..
(iya juga sih..)

Saya bercita-cita memiliki kantor sendiri kelak, yang satu lingkup dengan rumah nantinya. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, saya ingin tetap bisa meluangkan waktu dengan keluarga saya kelak. Sekedar membantu bundanya menyuapi si kecil mungkin atau mengganti popok anak ketika bundanya sibuk memasak. Setelah koordinasi dengan rekan-rekan, mengerjakan beberapa pekerjaan atau membalas email dari klien, saya bisa langsung ke rumah untuk santap siang bersama keluarga yang kemudian setelah itu saya bisa menemani anak-anak tidur siang. Menyenangkan bukan? Ya.. saya ingin waktu saya untuk keluarga.
Hanya itu saja pekerjaan saya?
Tidak, saya tidak ingin pernah merasa puas dengan pekerjaan saya yang itu. Saya ingin sekali memiliki usaha lain, karena saya yakin menyimpan semua telur dalam satu keranjang itu berbahaya. Saya ingin merintis usaha lain atau berinvestasi. Saya ingin masa depan anak-anak saya terjamin semuanya.
Lalu apakah si bundanya anak-anak tidak bekerja?

Terserah si bunda maunya apa. Tapi yang jelas saya tidak ingin si bundanya anak-anak tidak beraktualisasi. Saya tetap ingin sang bunda cerdas dan pintar selalu. Bagaimana kalau bundanya tidak up-to-date, nanti bisa-bisa si anak tidak mendapatkan ilmu baru ketika di rumah. Tetapi yang pasti, sebagai suami, saya akan mewajibkan si bunda untuk menomorsatukan anak-anak. Saya tidak ingin anak-anak saya terlantar karena si bunda terlalu-sibuk-beraktualisasi.
Untuk rumah, rumah seperti apa yang kamu inginkan?

Hmm…. sampai saat ini saya menginginkan rumah yang lebih dari dua lantai. Saya ingin sekali nanti kamar saya dan si bunda bisa melihat langit biru atau bintang-bintang tanpa terhalang apapun. Saya suka langit. Saya suka bintang. Saya suka hujan. Malah saya memiliki keinginan khusus kamar saya dipasang genteng yang transparan. Sepertinya seru juga tidur sambil memandang langit.
Saya ingin memiliki kamar kerja pribadi di samping kamar tidur yang hanya dibatasi dengan kaca, sehingga ketika si bunda tertidur sedangkan saya masih bekerja, akan saya tatap wajah sang bunda, mungkin sesekali saya tersenyum dan yang pasti akan menambah semangat saya untuk bekerja, karena saya bekerja untuk mereka, keluarga saya.
Saya hanya ingin memiliki rumah yang tidak terlalu besar karena saya ingin sekali ada kedekatan di antara kami. Saya tidak akan pernah menaruh televisi di masing-masing kamar karena yang ada nanti hanya kesibukan masing-masing.
Saya menginginkan komposisi rumah saya kebanyakan dari kayu. Entah.. rasanya saya suka sekali dengan rumah yang terbuat dari kayu. Rasanya asri. Dengan tumbuhan rambat di dinding-dindingnya serta tangga kayu untuk ke lantai dua.
Untuk halaman, nah.. ini yang saya ingin lebih besar. Saya ingin ada kolam ikannya. Saya ingin ada satu pohon yang agak besar sebagai tempat anak-anak untuk bermain nanti. Ingin sekali saya memiliki rumah pohon nanti, sembari kami berteduh di bawah pohon, saya akan berdongeng untuk anak-anak. Di halaman belakang rumah itu, nantinya akan saya rencanakan acara tidur-bersama-sama-di-tenda. Saya, bunda dan anak-anak mungkin sebulan sekali akan tidur bersama-sama di dalam tenda. Untuk apa? Kami akan bermain imajinasi seolah kami semua sedang berpetualang dan terpaksa menginap di tenda. Saya akan menceritakan kisah-kisah petualangan, mengajak kami semua berkhayal sambil diterangi lampu petromaks.

Oh iya, kolam ikan juga ada gunanya lho. Selain sebagai tempat untuk memelihara ikan, akan saya gunakan untuk mendidik anak. Loh bagaimana caranya? Untuk yang ketahuan bolos sholat atau nilai ulangannya jelek, sebagai hukumannya kami akan ramai-ramai gotong sang korban kemudian menceburkannya ke sana.

Sebelum masalah rumah tangga, rencana ke depan saya tentunya adalah memenuhi sebagian dien saya terlebih dahulu. Ahh.. kenapa ya akhir-akhir ini postingan saya tidak jauh berbau dari hal ini. Entah lah, mungkin saya sedang diberi petunjuk dari Allah. Tapi saya ikhlaskan saja semuanya.
Hahahaha.. entah kenapa saya bisa memiliki impian seperti ini. Tapi tak apa-apa toh? Saya berharap semuanya terkabul. Toh Allah akan mengabulkan setiap permintaan hambaNya asalkan itu memang baik.
Oke, setelah saya memaksimalkan otak kanan saya, saatnya saya mensugesti diri saya, afirmasi dan memvisualisasikannya dan setelah itu akan saya tempuh setiap jalan yang ditunjukNya. Cukup dengan satu modal awal, percaya.


“Take the first step in faith. You don’t have to see the whole staircase, just take the first step.”
Martin Luther Jr.

Tidak ada komentar: