Jumat, 16 Juli 2010

Hidup Bersama... Dalam Susah......

Ada sepasang suami-istri yang berjualan nasi kuning di sebuah kompleks perumahan di Jati Bening. Umur mereka sudah tidak muda lagi. Sang suami mungkin sudah berumur lebih dari 70, sedangkan istrinya sekitar 60-an. Di sekitar mereka ada beberapa gerobak lain yang juga menjual makanan untuk sarapan pagi. Tapi dari semuanya, hanya gerobak mereka yang paling sepi.

Setiap pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya selalu melewati gerobak mereka yang selalu sepi. Gerobak itu tidak ada yang istimewa. Cukup sederhana. Jualannya pun standar.

Setiap pagi pula, sepasang suami-istri itu duduk menjaga gerobak mereka dalam posisi yang selalu sama. Sang suami duduk di luar gerobak, sementara istrinya di sampingnya. Kalau ada pembeli, sang suami dengan susah payah berdiri dari kursi (kadang dipapah istrinya) dan dengan ramah menyapa pembeli.
Jika sang pembeli ingin makan di tempat, sang suami merapikan tempat duduk, sementara istrinya menyiapkan nasi kuning dan menyodorkan piring itu pada suaminya untuk diberikan pada sang pelanggan. Kalau sang pembeli ingin nasi kuning itu dibungkus, sang istri menyiapkan nasi kuning di kertas pembungkus, dan menyerahkan nasi bungkusan itu pada suaminya untuk diserahkan pada sang pelanggan.

Saat sedang sepi pelanggan, pasangan suami-istri itu duduk diam. Sesekali jika istrinya agak terkantuk-kantuk, suaminya mengurut punggung istrinya. Atau jika suaminya berkeringat, sang istri dengan sigap mengambil sapu tangan dan mengelap keringat suaminya.

Kalau mau jujur, nasi kuning mereka tidak terlalu spesial. Sangat standar. Tapi, kalau saya mencari sarapan pagi, saya selalu membeli nasi kuning di tempat mereka. Bukan spesial-tidaknya. Tapi lebih karena cinta mereka yang membuat saya tergerak untuk selalu mampir.

Dalam kesederhanaan, kala susah dan sedih karena tidak ada pelanggan, mereka tetap bersama. Sang suami tidak pernah memarahi istrinya yang tidak becus masak. Sang istri pun tidak pernah marah karena gerakan suaminya yang begitu lamban dalam melayani pelanggan. Dia bahkan memberi kesempatan suaminya untuk melayani pelanggan.

Mereka selalu bersama, dan saling mendukung, bahkan di saat susah sekali pun.

Hingga hari ini, sudah 10 tahun saya lewati tempat itu, mereka masih tetap di tempat yang sama, menjual nasi kuning, dan selalu bersikap sama. Penuh kesederhanaan. Penuh kasih sayang. Dan saling menguatkan di saat susah.

Jika Anda berkunjung ke Bekasi, Anda bisa mampir ke jalan raya komplek Jati Bening Indah. Tidak susah mencari gerobak mereka yang sederhana. Carilah gerobak yang paling sepi pelanggan. Mereka berjualan sejak pukul 07.00 hingga siang hari (mungkin sekitar 11.00, karena saya pernah ke kantor jam 11.00, mereka sudah tidak ada). Jujur, nasi kuning mereka sangat standar & tidak selengkap gerobak nasi kuning lain di sekeliling mereka. Namun, cinta kasih mereka membuat makanan yang sederhana itu terasa begitu nikmat. Cinta kasih yang begitu tulus, sederhana, apa adanya. Bahkan dalam kesusahan sekalipun, mereka tetap saling menguatkan.

Sebuah kisah cinta yang luar biasa. Mungkinkah kita bisa seperti mereka?

Semoga Allah melimpahkan rahmat buat kita semua. aamiin :)

-----------------DARI MILIST UKHUWAH SEHATI-------------------

Ketika mencintai tak harus menikahi

Sungguh, merupakan hal yang sangat menyakitkan hati. Ketika cinta kita
ditolak oleh seeorang yang sangat kita harapkan cintanya. Sebahagaian
dari kita mungkin akan langsung berfikir sepertinya Allah tidak adil.
Langit terasa muram dan tidak bercahaya. Bukankah cinta kita benar2
tulus dan murni. Untuk mehjaga diri dari dosa, menjaga pandangan,
menjaga hati bahkan demi menjaga kesuian agama-Nya? Apa yang salah
pada diri kita? Tidak layakkah kita mendapakan janjinya "jika kamu
menolong agama (Allah), nioscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu" (QS: Muhammad 7)

Begitu mahalkah tiket untuk mendapatkan pertolonganNya, lantas
dimanakah janjiNya, "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu" (QS: Al-Mu'min 60)

Ya sebenarnya factor yang paling utama mengapa keinginanmu belum
dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia, bahkan
mungkin kemampuan sudah ada. Hanya satu factor penyebabnya. Yaitu
perbedaan persepsi antara kita dan Allah. Kita seringkali menganggap
bahwasanya apa-apa yang sesuai dengan keinginan kita itulah yang
terbaik bagi kita, padahal tidak selamanya loh, (baca QS:Al-Baqarah 216)

Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa ada hikmah dibalik setiap kejadian
apapun yang menimpa kita, ada kebaikan dibalik sesuatu yang kita
anggap buruk,demikian pula sebaliknya.

Agaknya tidak ada salahnya jika kita sedikit mendengar penuturan Ibnu
Al-Jauzy yang mengajarkan "jika anda tidak mampu menangkap hikmah,
bukan karena hikmah itu tidak ada, namun semua itu akibat kelemahan
daya ingat anda sendiri. Anda kemudian harus tahu bahwa para raja pun
memiliki rahasia yang tidak diketahui setiap orang. Bagaimana mungkin
anda dengan segala kelemahan anda akan sanggup mengungkap sebuah hikmah?"

Betapa beratpun sebuah ujian yang kita alami, pasti akan ada jalan
keluarnya. Allah menyatakan, " Kami tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya" (QS: Al-An'am 152). Dalam
ayat yang lain Allah berfirman "barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki
dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan baginya
keperluannya" (QS: At-Thalaq 2-3)

Yakinilah bahwa kegagalan cinta yang kit alami, tertolaknya cinta yang
kita ajukan,sudah dirancang sedemikian rupa skenarionya oleh Allah.
Sehingga tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Daripada kita
larut dalam kesedihan, menagis, menyesali diri, patah hati atau bunuh
diri lebih baik kita berbaik sangka saja kepada Allah. Tidak pantas
diri ini mengeluh apalagi menyesali sebuah kegagalan. Bersikaplah
positif kedepan. Yakinlah bahwasanya kegagalan cinta bukanlah akhir
dari segalanya, bukanlah awal dari sebuah kehancuran.

Sejarah mencatat, banyak sekali pribadi-pribadi sukses di dunia ini
mengawali kesuksesannya setelah ditimpa berkali-kali gagal dalam usaha
mereka, begitu juga tentang urusan cinta. Sebagai manusia kita
dibekali potensi yang sedemikian hebatnya oleh Allah. Dan terkadang
potensi yang ada pada diri kita justru baru kita ketahui setelah kita
menghadapi beberapa kali kegagalan.

Aa Gym pernah mengatakan "jika nasi sudah menjadi bubur, maka kita
harus mulai memikirkan ayam, cakwe, sledri, bawang goreng dan samber
seb\hingga bubur kita akan menjadi bubur ayam yang spesial. Karena
itu, satu orang yang menolak cinta kita seharusnya tidak menjadikan
kita lupa pada puluhan bahkan ratusan orang lain yang menyayangi kita.
Namun justru seharusnya menjadi cambuk bagi diri kita untuk menjadi
lebih baik.

Ayo Terus Perbaiki Kekurangan Diri

Mungkin kita merasa bahwa kita sudah siap dan mampu, kita merasa bahwa
kita baik hati, tidak sombong, berasal dari keluarga baik-baik, punya
ilmu agama yang cukup memadai, pribadi oke, wajah pun tidak
mengecewakan. Tapi mengapa dia masih tidak bersedia? Kriteria seperti
apa lagi yang dia dambakan? Sekali lagi, cinta tidak bisa dipaksakan,
mungkin ada beberapa kriteria lain yang belum kita miliki, yaitu
kriteria yang baginya adalah paling prioritas diantara kriteria
lainnya dan hal itu merupakan daya tarik tersendiri bagi dirinya.

Kalau sudah begitu, mari kita jadikan momen penolakan tersebut sebagai
momen kita untuk mencari tau dan memperbaiki terus
kekurangan-kekurang an kita. Sekali ditolak, berarti satu perubahan
kearah yang lebih baik, dua kali ditolak, dua perubahan, sehingga pada
akhirnya, ketika Allah mengirimkan seseorang yang terbaik menurutNya
kepada kita, orang tersebut akan terpana dan berkata "waaa...istri /
suamiku ternyata keren sekaliii.."

Ingat, kita harus selalu berusaha memperbaiki kekurangan
diri,menjadikan setiap kegagalan sebagai batu loncatan ke arah
kesuksesan,, melecutkan kemampuan,membangun potensi yang selama ini
terpendam,memacu semangat dalam diri. Seorang pemenang tidak
dilahirkan, tetapi harus diciptakan.

By : Fadhlan Al Ikhwani

Selasa, 13 Juli 2010

surat 27 abjad


"Aku ingin duduk di sampingmu, sambil membayangkan ada sebuah
Buku yang siap membaca dirinya sendiri sementara aku menatapmu saja." Perasaan ini tentulah bukan seperti sinetron itu. Aku telah
Dalam memasuki kehidupanmu yang seperti labirin dengan daun dan
Embun yang senantiasa gugur setiap pagi. Aku ingin menyatu, menolak
Fitnah yang biasa ditujukan ke sebuah pasangan yang saling menggenggam
Gigil yang hadir di tubuh masing-masing. Begitu lembab udara malam, aku
Hilang lalu lalang di antara kedua bolamatamu itu. Ini bukan
Impian semata-mata yang diucapkan anak TK, ketika sang guru menghendaki
Jawaban dari pertanyaan cita-cita. Tetapi aku memang mencintaimu seperti
Kayu yang rela terbakar dan Sapardi mungkin saja benar, aku menatapmu
Lebih nanar ketimbang cara aku menatap kebenaran itu sendiri.
Mungkin aku terlihat seperti lelaki dengan kain gombal. Aku
Ngungun seperti sekumpulan burung gagak di kabel-kabel listrik. Seperti
Ombak yang datang untuk sekadar menghapus nama Kekasihmu di masa lalu.
Perempuan memang sulit menghapus perasaan. Aku mengerti itu seperti
Qabil yang menyesal telah menguburukan pikirannya ke dalam perut bumi.
"Rebahkan aku di hatimu." Tentu permintaan semacam ini
Sering diucapkan para lelaki. Tetapi aku tidak tahu, tanpa dirimu aku
Telah mengucapkan itu berulang kali dan mengharapkan bantal tidurku
Urung menampung berat kepala ini demi sekadar membayangkan senyum
V yang melengkung sempurna itu. Jam dinding di kamar ini selalu menunjukkan
Waktu seperti palang pintu ketika aku ingin mengetuk rumahmu dengan tanda
X yang merintangi aku sebelum sampai ke dua hal terakhir tentang surat cinta ini
Yaitu aku telah mencintaimu lebih dari apapun yang kau mengerti tentang cinta,
Zaman, dan peradaban. Dan aku berharap kau pun mengerti aku. Itu.

Sabtu, 10 Juli 2010

rencana masa depan?

Rencana masa depan? Ahhh… saya ingin sekali bercerita tentang hal ini..
Well.. dalam hidup saya, saya ingin hidup dengan waktu yang bisa saya atur sendiri. Saya ingin mempunyai cukup waktu untuk menemani keluarga saya. Saya tidak ingin selama dua belas jam sehari dalam hidup saya biarkan habis di luar rumah, saya ingin bisa menemani anak-anak saya kelak belajar, bermain atau mengantarkan mereka ke sekolah.
Lalu pekerjaan saya apa?
Untuk bisa hidup seperti ini, sepertinya saya tidak punya pilihan selain memiliki usaha sendiri. walaupun mungkin awalnya juga cari modal juga..
so, harus jadi job seeker dong?
hi..hi..
(iya juga sih..)

Saya bercita-cita memiliki kantor sendiri kelak, yang satu lingkup dengan rumah nantinya. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, saya ingin tetap bisa meluangkan waktu dengan keluarga saya kelak. Sekedar membantu bundanya menyuapi si kecil mungkin atau mengganti popok anak ketika bundanya sibuk memasak. Setelah koordinasi dengan rekan-rekan, mengerjakan beberapa pekerjaan atau membalas email dari klien, saya bisa langsung ke rumah untuk santap siang bersama keluarga yang kemudian setelah itu saya bisa menemani anak-anak tidur siang. Menyenangkan bukan? Ya.. saya ingin waktu saya untuk keluarga.
Hanya itu saja pekerjaan saya?
Tidak, saya tidak ingin pernah merasa puas dengan pekerjaan saya yang itu. Saya ingin sekali memiliki usaha lain, karena saya yakin menyimpan semua telur dalam satu keranjang itu berbahaya. Saya ingin merintis usaha lain atau berinvestasi. Saya ingin masa depan anak-anak saya terjamin semuanya.
Lalu apakah si bundanya anak-anak tidak bekerja?

Terserah si bunda maunya apa. Tapi yang jelas saya tidak ingin si bundanya anak-anak tidak beraktualisasi. Saya tetap ingin sang bunda cerdas dan pintar selalu. Bagaimana kalau bundanya tidak up-to-date, nanti bisa-bisa si anak tidak mendapatkan ilmu baru ketika di rumah. Tetapi yang pasti, sebagai suami, saya akan mewajibkan si bunda untuk menomorsatukan anak-anak. Saya tidak ingin anak-anak saya terlantar karena si bunda terlalu-sibuk-beraktualisasi.
Untuk rumah, rumah seperti apa yang kamu inginkan?

Hmm…. sampai saat ini saya menginginkan rumah yang lebih dari dua lantai. Saya ingin sekali nanti kamar saya dan si bunda bisa melihat langit biru atau bintang-bintang tanpa terhalang apapun. Saya suka langit. Saya suka bintang. Saya suka hujan. Malah saya memiliki keinginan khusus kamar saya dipasang genteng yang transparan. Sepertinya seru juga tidur sambil memandang langit.
Saya ingin memiliki kamar kerja pribadi di samping kamar tidur yang hanya dibatasi dengan kaca, sehingga ketika si bunda tertidur sedangkan saya masih bekerja, akan saya tatap wajah sang bunda, mungkin sesekali saya tersenyum dan yang pasti akan menambah semangat saya untuk bekerja, karena saya bekerja untuk mereka, keluarga saya.
Saya hanya ingin memiliki rumah yang tidak terlalu besar karena saya ingin sekali ada kedekatan di antara kami. Saya tidak akan pernah menaruh televisi di masing-masing kamar karena yang ada nanti hanya kesibukan masing-masing.
Saya menginginkan komposisi rumah saya kebanyakan dari kayu. Entah.. rasanya saya suka sekali dengan rumah yang terbuat dari kayu. Rasanya asri. Dengan tumbuhan rambat di dinding-dindingnya serta tangga kayu untuk ke lantai dua.
Untuk halaman, nah.. ini yang saya ingin lebih besar. Saya ingin ada kolam ikannya. Saya ingin ada satu pohon yang agak besar sebagai tempat anak-anak untuk bermain nanti. Ingin sekali saya memiliki rumah pohon nanti, sembari kami berteduh di bawah pohon, saya akan berdongeng untuk anak-anak. Di halaman belakang rumah itu, nantinya akan saya rencanakan acara tidur-bersama-sama-di-tenda. Saya, bunda dan anak-anak mungkin sebulan sekali akan tidur bersama-sama di dalam tenda. Untuk apa? Kami akan bermain imajinasi seolah kami semua sedang berpetualang dan terpaksa menginap di tenda. Saya akan menceritakan kisah-kisah petualangan, mengajak kami semua berkhayal sambil diterangi lampu petromaks.

Oh iya, kolam ikan juga ada gunanya lho. Selain sebagai tempat untuk memelihara ikan, akan saya gunakan untuk mendidik anak. Loh bagaimana caranya? Untuk yang ketahuan bolos sholat atau nilai ulangannya jelek, sebagai hukumannya kami akan ramai-ramai gotong sang korban kemudian menceburkannya ke sana.

Sebelum masalah rumah tangga, rencana ke depan saya tentunya adalah memenuhi sebagian dien saya terlebih dahulu. Ahh.. kenapa ya akhir-akhir ini postingan saya tidak jauh berbau dari hal ini. Entah lah, mungkin saya sedang diberi petunjuk dari Allah. Tapi saya ikhlaskan saja semuanya.
Hahahaha.. entah kenapa saya bisa memiliki impian seperti ini. Tapi tak apa-apa toh? Saya berharap semuanya terkabul. Toh Allah akan mengabulkan setiap permintaan hambaNya asalkan itu memang baik.
Oke, setelah saya memaksimalkan otak kanan saya, saatnya saya mensugesti diri saya, afirmasi dan memvisualisasikannya dan setelah itu akan saya tempuh setiap jalan yang ditunjukNya. Cukup dengan satu modal awal, percaya.


“Take the first step in faith. You don’t have to see the whole staircase, just take the first step.”
Martin Luther Jr.

mimpi?

setiap orang pasti punya mimpi. entah berapa banyak orang yang masih mengendapkan mimpi di kepalanya dalam-dalam atau malah sudah dibasuh keluar.
apa sih mimpi itu?
ada yang bilang mimpi itu adalah bentuk kebutaan terhadap realita yang ada, sebuah bentuk kenaifan yang maha dahsyat. bagi orang-orang realistis, mimpi adalah sebuah hal yang harus dihindari jauh-jauh, baginya mimpi adalah sebuah bualan di siang bolong yang mungkin akan menjadi “anak kemarin sore” di kemudian hari.
aku adalah salah seorang yang pernah jatuh ke jurang terdalam gara-gara suatu bentuk kenaifan, kenaifan dalam bermimpi. tapi lebih herannya lagi, masih tetap berani menantang jurang tersebut.
bodoh? iya mungkin. tapi aku akan tetap menantang jurang itu dengan berbekal apapun yang terjadi, akan kuterima.
semoga tuhan tetap bersama orang-orang yang berani

maukah kau?

Suatu saat nanti, aku akan bertekuk lutut di depanmu. Walau jujur, aku tak suka tapi akan tetap kulakukan. Kuucapkan sebuah mantra, mantra yang akan mengekang kebebasanku tapi indah untuk kita berdua.
Akan kudatangi kotamu, tempatmu tinggal. Walau lelah tapi akan tetap kulakukan.
Bisa jadi hanya untuk membuat bodoh diriku, tapi sekali lagi, akan tetap kulakukan.
Kubuat sebuah proposal. Proposal kehidupan kita. Tapi maaf sebelumnya, tawaran yang kuberikan padamu takkan muluk-muluk.
Aku bukan pemimpin yang sempurna, tapi aku akan selalu berusaha mengajarkan keluargaku kebaikan, kesederhanaan, keberanian dan kepercayaan.
Bukan pria yang bergelimangan harta, tapi aku takkan pernah membiarkan anakku dan ibunya kelaparan.
Bukan pula pria yang mencintaimu sepenuh hati, karena nanti hatiku akan terbagi untuk anak-anak kita.
Aku takkan meletakkanmu di atasku, untuk menginjakku.
Aku takkan meletakkanmu di bawahku, untuk kuinjak.
Aku takkan meletakkanmu di depanku, sebagai tamengku.
Aku takkan meletakkanmu di belakangku, karena aku tak bisa menjagamu.
Aku minta kau disampingku, untuk berjalan bersama.
Atas nama Tuhan, akan kuikat kita berdua.
Jadi, maukah kau?