Selasa, 08 Oktober 2013
Senin, 07 Oktober 2013
Passion is addict

Passion itu adalah sesuatu yang kita sukai dari hati kita, dimana kita
sangat menikmati apa yang kita kerjakan. Sometimes, passion sama seperti
hobi, tapi bagi saya hobi sendiri adalah aktivitas, sedangkan passion
gak melulu soal aktivitas. Bagi saya (lagi), hobi belum tentu menjadi
passion saya. Contohnya begini, saya suka memasak, tapi saya sadar itu
bukan passion saya, dimana saya hanya meluangkan waktu untuk memasak di
saat senggang, hanya untuk menikmati hidup di kala jenuh. See that?
Yap, dimana ada lentera jiwa kalian, disitulah letak passion. Memang
tidak mudah menyadari lentera jiwa kita seperti apa. Bahkan sampai
sekarang saya masih menemukan teman-teman yang bingung dengan passion
yang mereka miliki. Namun, ada perjalanan yang membuat kita sadar bahwa
ini adalah passion saya.
Next, hiduplah saya dengan passion. Membuat hidup semakin hidup. Life to the fullest!
Well, akankah kamu peduli dengan passion kamu, hidup kamu? I care, do you?
Senin, 03 Juni 2013
kenyamanan dalam kesederhanaan
Geliat kehidupan rakyat kecil rupanya tercermin dari WarKop (Warung Kopi).
Berseliwerannya ide dan gagasan, atau bahkan lalu lalangnya isu, berkembang subur di warung kopi itu.
keberadaannya bisa menjadi sebuah media untuk ngerumpi, arisan, sekadang omong kosong atau sekadar arena pelepas penat. Bagi anak sekolah dan mahasiswa tempat ini pun dijadikan sebagai tempat “Pelarian”. tak terkecuali saya sendiri, ngopi+menghisap beberapa batang tembakau sambil nongkrong gajelas sudah menjadi rutinitas. kalo ga jelas ngapain dilakuin?
gausah naif bro..
hidup itu perlu di nikmatin. manisnya hidup itu, kita yang tentukan..
seloww..
hidup itu kaya kopi tubruk, harus sabar.. kalo buru-buru diminum, pait rasanya.
tunggu ampasnya turun dulu, baru disruputt..
balik lagi ke tulisan awal..
"Ayo kita ngopi-ngopi dulu," ucapan seperti itu sering terdengar sebagai ajakan untuk pertemuan dengan teman di sebuah tempat seperti kafe, tanpa melihat apakah orang yang diajak itu penyuka kopi atau tidak. Dalam konteks ini maka kata "kopi" pun menjadi begitu digdaya.
Susah dirunut sejak kapan kopi bisa dimulai sebagai sebuah merek dagang, misalnya dari bisnis kafe dan resto di kota-kota besar. Karena dewasa ini, apa pun yang berhubungan dengan kafe, selalu ada kata "coffee", bahwa dia seolah menjadi simbol untuk menarik kaum urban, sekadar untuk bergaya.
Indonesia sendiri merupakan salah satu penghasil kopi terbesar dan bahkan merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Dari konsumen elit di negara-negara di Eropa, atau para penikmat kopi yang bergaya hidup moderen di Amerika, kopi Indonesia sudah tidak asing lagi bagi mereka.
Jika Indonesia sebagai penghasil kopi terbesar, mengapa tidak banyak produsen yang memberikan produk yang terbaik untuk masyarakatnya, terlebih yang dihasilkan oleh anak bangsa sendiri? Inilah mementum untuk mengembalikan kedigdayaan kopi tubruk di negerinya sendiri.
Yang disesalkan, banyak kopi tubruk yang beredar di Indonesia tidak terbuat dari biji kopi asli maupun dengan kualitas yang layak. Lebih sayangkan jika masyarakat Indonesia tidak bisa menikmati kopi tubruk Indonesia terbaik dan bermutu di negara sendiri.
yahhh, semua kembali ke kita.
kita siapa? ya.. pebisnis kopi sama penikmat kopinya juga.
pebisnis kopi mau ngurangin margin labanya, penikmat kopi mau beli dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga pasaran sekarang. maka kopi akan kembali meraih kedigdayaannya.
betewe, kapan ya saya ngopi ke starbucks *longok dompet**tutup lagi*
Berseliwerannya ide dan gagasan, atau bahkan lalu lalangnya isu, berkembang subur di warung kopi itu.
keberadaannya bisa menjadi sebuah media untuk ngerumpi, arisan, sekadang omong kosong atau sekadar arena pelepas penat. Bagi anak sekolah dan mahasiswa tempat ini pun dijadikan sebagai tempat “Pelarian”. tak terkecuali saya sendiri, ngopi+menghisap beberapa batang tembakau sambil nongkrong gajelas sudah menjadi rutinitas. kalo ga jelas ngapain dilakuin?
gausah naif bro..
hidup itu perlu di nikmatin. manisnya hidup itu, kita yang tentukan..
seloww..
hidup itu kaya kopi tubruk, harus sabar.. kalo buru-buru diminum, pait rasanya.
tunggu ampasnya turun dulu, baru disruputt..
balik lagi ke tulisan awal..
"Ayo kita ngopi-ngopi dulu," ucapan seperti itu sering terdengar sebagai ajakan untuk pertemuan dengan teman di sebuah tempat seperti kafe, tanpa melihat apakah orang yang diajak itu penyuka kopi atau tidak. Dalam konteks ini maka kata "kopi" pun menjadi begitu digdaya.
Susah dirunut sejak kapan kopi bisa dimulai sebagai sebuah merek dagang, misalnya dari bisnis kafe dan resto di kota-kota besar. Karena dewasa ini, apa pun yang berhubungan dengan kafe, selalu ada kata "coffee", bahwa dia seolah menjadi simbol untuk menarik kaum urban, sekadar untuk bergaya.
Indonesia sendiri merupakan salah satu penghasil kopi terbesar dan bahkan merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Dari konsumen elit di negara-negara di Eropa, atau para penikmat kopi yang bergaya hidup moderen di Amerika, kopi Indonesia sudah tidak asing lagi bagi mereka.
Jika Indonesia sebagai penghasil kopi terbesar, mengapa tidak banyak produsen yang memberikan produk yang terbaik untuk masyarakatnya, terlebih yang dihasilkan oleh anak bangsa sendiri? Inilah mementum untuk mengembalikan kedigdayaan kopi tubruk di negerinya sendiri.
Yang disesalkan, banyak kopi tubruk yang beredar di Indonesia tidak terbuat dari biji kopi asli maupun dengan kualitas yang layak. Lebih sayangkan jika masyarakat Indonesia tidak bisa menikmati kopi tubruk Indonesia terbaik dan bermutu di negara sendiri.
yahhh, semua kembali ke kita.
kita siapa? ya.. pebisnis kopi sama penikmat kopinya juga.
pebisnis kopi mau ngurangin margin labanya, penikmat kopi mau beli dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga pasaran sekarang. maka kopi akan kembali meraih kedigdayaannya.
betewe, kapan ya saya ngopi ke starbucks *longok dompet**tutup lagi*
Langganan:
Postingan (Atom)